6 CARA MENINGKATKAN MANFAAT MINI ZOO SEKOLAH BAGI PEMBELAJARAN

Kuatnya interaksi & eksplorasi antara siswa dan koleksi satwa dan tanaman di mini zoo sekolah, menjadikan mini zoo sekolah sebagai laboratorium alam mini.

Memberi makan burung merpati kipas (pigeon fantail). Jinak-jinak merpati, kalau mau dipegang/ditangkap ehh.. langsung cepat  menghindar 


Persoalan teknis pengelolaan mini zoo sekolah cukup banyak, tapi kita akan melaluinya satu persatu seiring dengan waktu. Waktu memberi kita pengalaman memelihara satwa.  

Tinggal lagi meningkatkan kualitas atau manfaat keberadaan mini zoo sekolah bagi proses belajar dan tumbuh kembang anak. 

Apa yang harus kita lakukan? 

Coba kita lihat sekiranya kegiatan mengenal satwa di beberapa mini zoo, zoo (kebun binatang) dan taman safari. 

Di kebun binatang umumnya pengunjung hanya dapat menonton atau melihat secara visual saja. Hewan-hewannya besar dan beberapa berbahaya, sehingga tidak dapat dipegang atau didekati. Seperti gajah, gorila, buaya, zebra, jerapah, kuda nil, siamang. 

Informasi diperoleh melalui label atau papan informasi. Keterkejutan visual yang mengundang rasa ingin tahu pengunjung saat hewan menunjukkan keistimewaannya. Misal, ketika gorilla berteriak, singa mengaum, burung merak jantan mengembangkan ekornya. Yang menyenangkan ketika kita bisa melemparkan makanan berupa wortel atau kacang kepadanya.  

Di taman safari seperti di Taman Safari Indonesia di Cisarua, Puncak-Bogor, atau Bali Safari Zoo di Bali, yang memiliki banyak pawang hewan, proses interaksi ini dilakukan oleh pawang hewan atau pemelihara hewan, yang telah berhasil menjinakkan hewan-hewan tersebut. 

Misalnya, ada atraksi menerbangkan burung paruh bengkok -kakatua, elang, atau burung hantu. Atau, keliling naik gajah, memegang burung hantu, atau berfoto dengan  orangutan. 

Menurut evaluasi penulis sebagai pengelola Mini Zoo Semut selama satu semester berjalan, sejauh ini yang paling sulit dikerjakan adalah mencari cara agar setiap hewan dapat dibuat berinteraksi dengan siswa. 

Kita tidak kenal atau belum paham karakteristik hewan yang ada, yang berbeda. Apalagi, di sekolah tidak ada pawang atau pelatih hewan. 

Cenderungnya satwa yang ada hanya sebagai hewan peliharaan saja, yang hanya dilihat-lihat saja seperti di kebun binatang. Hal ini kurang menarik, dan mengurangi kesempatan bagi siswa untuk belajar tentang satwa, tanaman, ataupun lingkungan. 



bermain dengan burung merpati
kaget ketika burung merpati mau nemplok di pangkuan    


bermain dengan burung merpati
gemaasss,  ingin menangkap memegangnya 


Berikut Beberapa Cara Mengoptimalkan Manfaat Mini Zoo bagi pembelajaran: 


1. Cenderung untuk selalu mengijinkan siswa berinteraksi dengan apa yang ada koleksi di mini zoo. Boleh memetik tanaman untuk memberi makan hewan --tentu pot tanamannya sudah ditentukan mana yang boleh mana yang tidak. Seperti memetik daun pepaya, dan gulma rumput untuk pakan kalkun atau kelinci. 

Boleh memegang satwa dengan pendampingan oleh guru atau pengelola mini zoo. Sikap 'boleh' ini membuat siswa merasa aman dan diterima di lingkungan mini zoo sekolah, sehingga relatif nantinya akan cenderung datang lagi  untuk mengulangi pengalamannya. memegang satwa tsb. Dan menjadi bahan wacana pembicaraan antara siswa tentang pengalamannya tersebut. 

2.  Memberi kepercayaan pada siswa untuk menyentuh atau memberi makan hewan, meski pun pada awalnya merepotkan karena mungkin memboroskan pakan hewan. Pada ulangan kegiatan berikutnya siswa akan lebih tertib dan dengan pengawasan. 

3. Jika siswa meminta untuk memegang, maka kita berupaya semaksimal mungkin untuk mengeluarkan hewan dari kandang, dan meletakkannya pada tempat yang terbuka untuk dapat dipegang atau diamati lebih jelas. Sugar glider, misalnya, dapat ditaruh di tangan siswa, dan kemudian biasanya naik-naik ke kepala. Siswa umumnya berteriak terkejut dan kesenangan.  

Misal, memberi makan kelinci, mengambil kelinci dan mengeluarkannya agar dapat dipegang-dielus siswa.  Melepas kelinci atau kalkun, agar siswa dapat berkejaran mendapatkannya. 

4. Jika siswa ingin sesuatu yang lebih ekspresif, bisa memberi semacam pertunjukan kecil. Misal, memandikan iguana tidak dengan menyiram atau menyemprotkan air, tapi dengan menceburkannya ke kolam air.  Menyemprot memandikan musang pandan. 

Contoh lain, membolehkan siswa memegang jengger kalkun jantan yang berwarna ungu/biru, dan merasakan panasnya temperatur kepala/leher kalkun. Contoh lain, menurunkan bayi burung merpati dari kandangnya, dan membiarkan siswa memegang dan mengamati keunikan seekor anak burung yang masih piyik (bayi). 

5. Mengijinkan siswa untuk memasuki kandang, sekedar memungut bulu (bulu merpati atau kalkun) yang lepas, yang tampilannya atau coraknya menarik. Cek dulu kebersihan kandang, jangan sampai siswa menginjak kotoran hewan. Minta siswa mencuci bulu supaya bersih jika dipegang-pegang.  

6. Meminta siswa untuk memanggil merpati turun dari pohon dan memberi makan bersama dengan teman-temannya. Proses ini tidak mudah, tetapi jika berhasil mengundang merpat turun, akan menciptakan perasaan senang dan puas. 

Ini memang masih sekelumit cara interaksi. Kami pun masih sedang belajar bagaimana cara berinteraksi dengan satwa dengan menyenangkan dan aman. 

Jika ada keinginan untuk mengoptimalkan satwa bagi kedekatannya dengan siswa, maka upaya untuk menjinakkan satwa agar dapat berinteraksi dengan siswa, merupakan upaya mendekatkan anak dengan alam meski agak merepotkan. (IM)  

Post a Comment

0 Comments