KALKUN SAKIT? BEGINI CARA MERAWATNYA

kalkun sakit
beginilah keadaan kalkun yang sakit.
Kepala menjulur ke bawah, kaki mengkerut, tubuh kurus,
bulu mengembang, dan kalau ditegakkan akan terhujung menubruk ini itu... 

Kematian kalkun jantan si Ronaldo beberapa waktu lalu, memberi kenangan pahit bahwa hewan di mini zoo sekolah harus dirawat agar tetap sehat tidak sakit. 

Jum'at kemarin, ada seekor kalkun muda yang murung, sembunyi di pojok dengan bulu mengembang dan kepala tertunduk. Diusik tidak mau bergerak. 

Kelihatannya mungkin sehari atau dua hari dia tidak makan. Ditangkap dari persembunyiannya di pojokan kandang. Lalu diberi makan lunak nasi (sisa katering sekolah) yang dibasahi sedikit air supaya mudah tertelan.  

Kondisinya sudah lemah, kalau ditegakkan, langsung terhuyung-huyung. Jika dilepaskan, maka akan berputar dan menabrak pot atau ini itu. Kasihan kamu... 

Saya periksa sinar matanya meredup, dan bulu lehernya mengembang. Bulu tubuhnya pun tampak kusam. Keadaan sakitnya ini mungkin telah terjadi beberapa waktu, tapi luput dari perhatian, karena  3 ekor kalkun lainnya aktif di kandang, sementara dia bersembunyi di pojok yang kurang kelihatan. (Oya, sebulan lalu, ketiga kalkun anak ini dibeli di pasar pramuka. Ketika masuk ke kandang mini zoo, usia sekitar 2 bulan, dan sehat-sehat). 

Saya duga dia kena penyakit tetelo, dengan gejala kepala melintir karena virusnya merusak saraf kepala. Penyakit tetelo ini kejam, biasanya satu atau dua hari unggas pasti mati. Virus atau penyakit tetelo ini belum ada obatnya, seperti wabah, dan sangat cepat menularnya melalui pernafasan antar hewan. 

Tapi kalkun muda ini mengalami melintir kepala tidak seberapa, seperti membelok saja. Mungkin karena lemah, jadi leher kepala yang agak panjang tak bisa diatur gerakkan atau diangkatnya. 

Sementara, saluran pembuangan kalkun muda ini pun nampak bersih. Berarti dia tidak mengalami diare atau mencret. Masih ada harapan .... Wajahnya nampak sedih, dia minta pertolongan kita untuk bisa disembuhkan.  

Kuatir mati, saya membawanya pulang ke rumah, agar di hari libur dapat lebih teliti merawatnya. Saya letakkan di box plastik bekas tempat iguana bertelur. Cukup tinggi, sehingga si kalkun bisa bersandar. Lantainya diberi keset kain, agar tidak licin jika dia berdiri. 

Untuk lebih memahami penyakit kalkun, saya berselancar di internet dan menemukan beberapa petunjuk

Langkah merawat kalkun sakit: 

1. Periksa keadaannya. 
Ternyata sangat lemah, kepala sudah tertunduk ke bawah terus, dan kaki kelihatan lemah dengan jari-jari melayu dan mengkerut. Kalau didirikan, ia terhuyung dan mau jatuh. Ditempatkan di box plastik yang kering dan hangat. Diberi alas kertas koran agar kencingnya terserap dan tidak membasahi box. Kertas yang sudah basah, segera diganti. Juga diberi selimut tidur, supaya tidak kedinginan. Jauhi dari lintasan tiupan angin. Lebih bagus lagi kalau ada lampu penghangat -- saya tidak ada. 

2. Beri makan dengan disuap. 
Dia sudah tidak memiliki kemauan dan kemampuan mematuk makanan. Penyakit membuatkan enggan makanan, dan karena tidak makan tubuh makin lemah dan penyakit makin menguasai. Tidak ada asupan dan minum, menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun, dan mengalami dehidrasi. 

pakan ayam diseduh
pakan anak ayam no 511 diseduh 
pakan bubur untuk kalkun sakit
diaduk supaya menjadi bubur
yang lembut sehingga mudah ditelan 

Jadi, pilihannya harus disuapi. Saya siapkan pakan anak ayam 511 (charoen phokpand), yang kandungan protein dan berkalori tinggi serta ukuran butirannya remah-remah. Diseduh dengan air panas, ditekan-tekan menjadi lembut dan basah. Maksudnya supaya seperti bubur kental, sehingga mudah ditelan. Bubur dibuat sedikit saja dulu, yang penting sudah ada pakan yang masuk ke tubuhnya. 

Beri minum dengan mencelupkan patuknya ke dalam air. Dia minum sedikit pelan-pelan, lumayan lah..... Oya, hati-hati, jika memaksa memberi minum, malahan air salah masuk bukan ke tembolok makanan malahan masuk ke paru-parunya dan dia malahan tersedak dan bisa mati. 

bubur dibuat lebih encer,
sehingga sekaligus  untuk mengatasi dehidrasi 

3. Siapkan obat. Obati !
  
Saya membeli Tetra-Chlor dan obat tetes burung di toko burung. Ini yang tersedia terdekat dengan rumah.  Tetra-chlor adalah antibiotik yang kuat, bisa mengatasi beberapa penyakit. 

obat unggas kalkun terjangkit pullorum
obat  unggas  Tetra Chlor produk Medion 
Sore hari ini saya telankan 1 kapsul tetra-chlor, dan juga 10 tetes obat. Malam hari saya amati belum ada perubahan. Mungkin obatnya belum bekerja. Saya selimuti, supaya tidak kedinginan. 






4. Ulangi obat dan suap makanan. 
Pagi hari pukul 8, saya melihat keadaannya belum membaik. Tertidur tergeletak dengan kepala di lantai kotak.  
Tapi yang bagusnya, ternyata dia berak dengan banyak warna putih. Oh, ternyata ia menderita berak kapur atau Pullorum, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Pullorum.  Berkembangnya bakteri ini karena sanitasi kandang yang jelek, kandang lembab, dan penyebarannya menulari kalkun lain melalui debu kotoran di dalam kandang yang tertelan. 

Saya ulangi lagi membuat bubur pur ayam, kali ini dengan dicampur tetesan obat 5 tetes. Juga saya suapkan sebutir kapsul tetra chlor. 

5. Ulangi suap makanan. 
Membuat bubur lagi sedikit, dengan ditetesi obat, dan disuapkan. Saya sendokin sedikit air untuk melancarkan makanan masuk, dan mengurangi dehidrasi atau kekurangan cairan. Matanya yang sayu jelas meminta pertolongan. Mudah-mudahan kamu sembuh ya...kalkun ganteng. 

kalkun sakit
kakinya sudah mulai kuat
menapak, tidak mengkerut,
sudah mulai mau berdiri
dan bisa mengangkat kepala 
kalkun sakit
sudah mulai kuat mengangkat kepala 
             



kalkun sakit
kondisinya kelihatan mulai membaik,
mata sudah mulai terbuka dan bercahaya, dan mau berdiri 
Begitulah yang saya lakukan. Mudah-mudahan bisa selamat dan Allah Swt menyembuhkannya. 
Kita tunggu ya perkembangannya...(IM) 









Post a Comment

1 Comments

  1. Hai..
    Boleh tau itu nama obat tetes nya apa ya? Kalkun saya saya juga menderita sakit yang mirip dengan kalkun kamu.
    Malah ini sidah terkulai lemas tidak bisa berdiri.

    ReplyDelete