Tuh... kan, ada kupu-kupu kuning kecil yang sudah menetas keluar dari kepompongnya |
Dengan kotak kue sederhana, anak-anak bisa memiliki project satwanya sendiri.
"Pak, pak... lihat ini, kepompong sudah keluar menetas menjadi kupu-kupu. Warnanya kuning putih," begitu seorang siswa tergopoh-gopoh masuk ke ruang saya.
Sebut saja namanya Ivan, bukan nama sebenarnya, siswa kelas satu yang penyuka aneka serangga, datang membawa sebuah kotak kemasan bekas kotak kue yang berisikan seekor kupu-kupu.
"Bagaimana pak, kita apakan ya..?" tanyanya.
"Terserah kamu. Apa baiknya ya.... ?" saya memancing diskusi.
"Ya sudah deh pak, kita lepaskan saja, biar dia bisa bertelur," balasnya.
"Ya sudah deh pak, kita lepaskan saja, biar dia bisa bertelur," balasnya.
"Saya setuju, kita lepaskan lebih baik. Karena nanti dia bisa bertelur, dan kita dapat ulatnya lagi untuk disimpan."
Membuka straples box |
"Tapi, jangan memegang sayap, supaya sayapnya jangan rusak. Dan sebelum kotak terbuka penuh dan dia lepas, kamu sudah mengamatinya dengan baik."
Sejauh ini, Ivan adalah siswa dengan ketertarikan yang kuat pada sumber daya alam, terutama hewan. Ia beberapa kali meminta ijin membawa temuan ulat di sekolah ke rumah, jika unik atau lucu menarik. Ia suka menebak-- "pak nanti ulat ini jadi kupu-kupu warna kuning".
Mulai membuka |
Pelan-pelan ya bukanya... awas... |
Pernah saya tanya, ''Berapa harga yang kamu beli itu? "Mahal, pak...," jawabnya.
Kadang ia suka mendorong agar Mini Zoo Semut memiliki koleksi serangga. "Pak, kita pelihara tarantula dong.. " begitu sering pintanya.
Horee, kupu-kupu sudah terbang.. |
KOTAK KUE SEBAGAI TEMPAT MENETASKAN SERANGGA NGENGAT dan KUPU-KUPU
Apa saja benda-benda yang tak terpakai, bisa bermanfaat untuk mengembangkan minat anak. Salah satunya, memelihara ulat dalam kotak kue hingga bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
1. Siapkan kotak kue yang berpenutup. Misal, bekas kotak kue nastar lebaran, boleh bulat atau persegi. Boleh juga dengan tempat makanan yang lebih lunak, seperti tempat kue yang lonyot dipencet.
2. Lubangi dengan solder panas (untuk plastik keras), atau dengan gunting jika plastiknya lunak mudah dicoblos. Bagian samping dan atasnya saja. Bagian bawah jangan dilubangi agar sisa kotoran ulat tidak keluar.
3. Cari dedaunnya yang sudah robek bergerigi. Berarti ada ulat yang memakan daun di situ. Cari ulatnya. Kalau ketemu, potong daunnya dengan gunting dan masukkan ulat bersama daun. Jangan memegang ulat secara langsung, sebab boleh jadi ulat itu akan menggatalkan tangan anak, atau malahan memegangnya terlalu keras malahan ulatnya kepencet jadi mati.
Perhatikan daun yang dimakan itu. Nanti kita memberi makan ulat dengan dedaunan yang sama. Pohon yang sering dihinggapi ulat antara lain keladi hias, aglonema, dan sirsak. Daun yang disukai yang lembut, dan mengandung air.
4. Tutup dengan rapi. Dengan spidol, tulis nama siswa, dan tanggal masuk. Agar tutup tidak mudah lepas, perlu diberi karet atau selotip, atau distraples, agar ulat tidak pergi, dan tidak basah kena air hujan. Simpan di ruang kelas, atau dititipkan di salah satu pojokan di mini zoo. Jaga agar tidak kena air hujan -- ulat yang terendam air, akan mati.
5. Tiap hari periksa. Buka tutup. Bersihkan kotak dari kotoran pup ulat. Ganti daun yang sudah layu mengering, beri pakan segar dengan daun yang hijau baru. Setelah tidak mau makan lagi, berarti akan membentuk pupa. Ini artinya tak lama lagi akan melihat seekor kupu-kupu atau ulat.
Dengan membuat kotak inkubasi sesederhana ini, anak-anak bisa memiliki projectnya sediri di mini zoo Semut.
Selamat menggembirakan anak didik kita... (IM)
0 Comments