Belajar di luar ruang kelas, mengapa tidak? |
Model pembelajaran yang 100% berada di dalam kelas, sebagaimana sering kita lihat di jenjang pendidikan tingkat SD, SMP, hingga SMA, menurut hemat penulis sudah tidak tepat lagi saat ini.
Manfaat
mini zoo sekolah dapat mengubah lanskap mengajar, atau paradigma belajar
mengajar di sekolah, dan pada akhirnya paradigma sekolah. Yaitu, dari
pengembangan potensi akademik semata, menjadi pengembangan kepribadian dan
karakter anak.
Apa benar
begitu? Ah apa tidak terlalu jauh
pernyataan itu? Maksud saya
begini ….
Salah satu
tantangan terbesar pada guru dan sekolah, adalah meningkatkan minat belajar
anak. Kalau minat belajar meningkat, maka proses pembelajaran akan berhasil,
dan anak akan menjadi cerdas, baik secara akademik, sikap, dan psikomotorik.
Kita semua
tentu menginginkan, agar anak suka belajar, senang membaca buku atau literatur,
dapat fokus konsentrasi terhadap materi ajar untuk waktu yang panjang, memiliki
minat yang luas akan berbagai bidang ilmu dan ketrampilan, agar memiliki daya
ingat yang baik, bertanggungjawab dalam belajar, mandiri tidak perlu diminta
belajar sudah sadar belajar tanpa diperintah, dan lain sebagainya.
Kunci dari
semua itu, adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilaluinya dapat
berlangsung secara menyenangkan. Berbagai studi telah dilakukan tentang hal
ini. Diantaranya, pembelajaran harus
bersifat PAKEM. Artinya, Pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
Saat anak
senang belajar, maka terbukalah semua pintu di kalbu, hati, dan pikirannya untuk mengenal berbagai hal, fakta
dan informasi, aturan maupun rumus-rumus. Semua fakta yang berat atau informasi
yang kompleks dapat diterima dengan muka yang bungah tersenyum ceria.
Di dalam
kelas, guru dapat menciptakan suasana belajar efektif dan menyenangkan dengan
manajemen kelas yang efektif. Berawal dari persiapan materi ajar, dilengkapi
dengan bahan-bahan atau media ajar pendukung, dan disampaikan dengan berbagai teknik pembelajaran diawali dari
pembukaan hingga diakhiri dengan refleksi anak.
Selain di
dalam kelas, guru juga memberi pembelajaran di luar kelas (outdoor). Setiap
hari, ada saja momen akan untuk beraktifitas di luar kelas. Keseimbangan
belajar di dalam dan di luar kelas, membuat anak sepenuhnya terhisap pada
proses belajar mengajar tanpa mereka merasa jenuh atau lelah. Konsentrasi penuh
dapat dicapai siswa saat belajar di kelas. Dan siswa selalu getol untuk kembali
belajar di esok hari. Berbagai teknik dan cara pun dikembangkan oleh para guru,
untuk menghidupkan suasana belajar mengajar itu.
Tentu,
sejujurnya, tak cuma karena soal indoor dan outdoor tersebut saja yang
dilakukan sekolah. Program sekolah biasanya lebih kompleks. Penulis ingin
menekankan pada konteks pembelajaran di dalam kelas (indoor) dan dikontraskan
dengan pembelajaran outdoor di luar kelas. .
Strategi
mengajar seperti ini sudah umum kebanyakan dilakukan oleh sekolah-sekolah
swasta, termasuk di tempat kami, SD Semut-Semut The Natural School di
Depok.
Namun cara
pembelajaran yang menyenangkan itu masih berkebalikan dengan yang diterima
siswa di kebanyakan sekolah nasional
atau sekolah negeri. Model pembelajaran yang 100% berada di dalam kelas,
sebagaimana sering kita lihat di jenjang pendidikan tingkat SD, SMP, hingga
SMA, menurut hemat penulis sudah tidak tepat lagi saat ini. Kebanyakan siswa merasa jenuh. Momen terbaik siswa adalah saat guru tidak
masuk kelas, alias jam kosong, atau ‘gabut’ alias gaji buta menurut versi
siswa.
Siswa sejak
datang masuk kelas hingga pulang kelas, diisi terus menerus dengan berbagai
informasi. Siswa berada di luar kelas hanya saat upacara, jam istirahat dan
makan, waktu sholat, atau saat berolahraga. Setelah itu, kembali masuk ke kelas
dan belajar lagi. Model pendidikan klasikal indoor seperti ini seringkali
membuat anak jenuh. Moment berada di
luar kelas bertujuan untuk istirahat atau rekreatif, agar siswa lepas sejenak
dari beban belajar, beristirahat dan bergerak sejenak, lalu kembali ke kelas
untuk belajar lagi dengan perasaan yang lebih lebih segar dan nyaman.
Hemat
penulis, pendidikan model klasikal indoor ini sudah perlu ditinjau. Siswa harus
diberi kesempatan belajar di luar ruang-ruang kelas. Yaitu, siswa belajar saat berada di halaman
sekolah, di kebun sekolah, di kantin sekolah, atau berkunjung ke tempat-tempat
lain di luar sekolah. Kegiatan belajar di luar ruang kelas itu, bukan hanya
sesekali saja, semisal 1 x sebulan, atau 1 kali dalam 1 semester, tetapi
berlangsung hampir di setiap hari.
Karena itu,
sekolah harus memanfaatkan lingkungan belajar yang ada di sekolah seoptimal
mungkin. Salah satunya, adalah mengubah pojok-pojok sekolah yang kurang
bermanfaat, menjadi kebun sekolah berisikan tanaman dan hewan. Dapat disebut
kebun sekolah, atau mini zoo sekolah jika hewannya cukup beragam dan ditata
dengan penampilan yang menarik.
Manfaat
dengan adanya taman satwa atau kebun binatang mini, atau mini zoo sekolah,
antara lain sebagai berikut:
a. Sarana rekreatif bagi siswa yang
jenuh belajar
b. Menjadi media ajar sesuai tema,
misal saat pembelajaran sains, atau biologi
c. Menjadikan pembelajaran menjadi
realistik, karena siswa dapat melihat dan mengalami langsung. Mini zoo atau
kebun sekolah menjadi laboratorium alam bagi siswa.
d. Membangun karakter anak, lebih
berani, mandiri, aktif, bekerjasama, teliti, dan peduli pada alam lingkungan
e. Merangsang daya rasa ingin tahu anak
terkait alam lingkungan, yang melatih berfikir lebih kritis lantaran sering
melontaran pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan-tujuan kehidupan dalam suatu
ekosistem
f. Menambah keragaman model
pembelajaran, sehingga dirasakan lebih menarik bagi anak dan dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar anak
g. Sebagai sarana bagi siswa untuk
meningkatkan materi pembicaraan di sekolah, sehingga anak terbiasa berwacana
pada hal-hal yang produktif dan bermakna.
Intinya, dengan melakukan pembelajaran di luar kelas, dan
dengan memanfaatkan keberadaan Mini Zoo sekolah sebagai media ajar, maka siswa
akan dapat menikmati proses pembelajaran yang lebih menyenangkan di sekolah.
Tidak percaya? Coba saja… (IM)
Link terkait : pembelajaran outdoor
0 Comments