MEMAHAMI NATURAL INTELLIGENCE ATAU CERDAS ALAM

Dengan berinteraksi dengan hewan dan tumbuhan, maka akan timbul rasa peduli terhadap lingkungan yang lebih luas.
Produksi padi di sawah dengan sistem terasing 

Sejatinya, anak-anak kita, bahkan kita sendiri, secara naluriah sebenarnya sudah cerdas natural, atau memiliki kecerdasan natural (natural intelligence). Agama pun mengajarkan kita, untuk menjadi hamba Tuhan yang menghargai sesama mahluk ciptaannya, termasuk alam dan seisinya.

Natural Intelligence atau kecerdasan natural, adalah kesadaran yang tinggi tentang alam, dapat menghargai, timbul keinginan untuk memahaminya dengan belajar dan menggali apa isi alam lingkungan ini, seterusnya akan mencintai dan melindunginya. (ini definisi saya, bukan dari Howard Gardner).

Terlahir di alam tropis dengan dua musim, kita terbiasa dengan cuac kemarau panas terik, dan sebalinya alam hujan yang basah. Kita hidup di kepulauan dengan gunung-gunung yang tinggi, hutan basah, rawa-rawa, ada empang atau embung dan danau, serta sesekali kita pergi berlibur mandi-mandi di pantai atau berperahu ke pulau.

Dengan alam khatulistiwa yang bak zamrud ini, lantaran dihijaukan oleh permadani sawah dan hutan, tentu kita terbiasa dengan alam dan menyukai alam. Sejatinya, pendidikan kita di masa lalu tentu mengapresiasi alam dalam proses pembelajaran, sehingga kita secara alami menjadi cerdas natural.

Bahkan sistem pertanian kita pun menerapkan kearifan lokal seperti pertanian berpindah tanpa menebang, sistem tumpang sari, maupun pertanian ala Sunan Kalijaga yang berwatak pertanian berkelanjutan atau organik.

Namun, maaf kalau saya keliru, sejak ekonomi digenjot secara salah, dengan revolusi hijau dan intensifikasi pertanian mono kultur, akibatnya alam menjadi rusak. Hutan gundul, pertambangan merusak lingkungan, terjadi pencemaran limbah industri, siklus hama yang tak berseduhan, serta perburuan rente ekonomi yang semuanya mengobrak abrik lingkungan hidup kita.

Kota-kota, akibat ekonomi kota sentris, tumbuh menjadi semrawut karena urbanisasi yang tidak terkontrol. Desa-desa ditinggalkan para pemudanya yang merantau meninggalkan lahan pertanian dan peternakan menjadi buruh atau karyawan di kota.

 Sampah limbah rumah tangga menjadi persoalan besar bagi hampir semua kota di Indonesia. Begitu juga industri kecil menengah yang membuang limbah begitu saja ke perairan sungai menimbulkan sungai-sungai yang mati berbau busuk.

Untuk negeri dengan sumber plasma nutfah salah satu terbesar di dunia, apa jadinya kalau para elit pemimpin, para pengusaha entrepreuner, maupun masyarakat kebanyakan, tidak peduli dan sayang akan alam ini?  Pasti Indonesia akan hancur, karena sumber daya alam hutan laut tanahnya akan terkuras rusak. Pertanyaannya, dimana kesadaran lingkungan kita selama ini? 



KECERDASAN NATURAL KONTEKS INDONESIA


Entah tinggal di kota, atau di desa, item kecerdasan natural nyatanya sudah miskin atau dipinggirkan dari khasanah pendidikan kita.  Siswa terlalu dijejali dengan target kurikulum yang berfokus pada sains (padahal sain itu berasal dari natural sains lho) dan matematika, sementara aspek sikap dan kebangsaan kita kurang tersentuh, apalagi soal kepedulian pada lingkungan.


Kapan lagi bisa bermain seperti ini ?

Salah satu program yang tertinggal di sekolah, mungkin kini jadi andalan lagi, adalah kepramukaan. Pendidikan ketrampilan kepramukaan, yang berkegiatan secara outdoor dan banyak melakukan kunjungan lapangan, nyata-nyata menyegarkan memori anak tentang perlunya kesadaran lingkungan. Itulah salah satu aspek dari natural intelligence.

Belakangan sekitar satu dekade terakhir ini, telah berjalan penilaian sekolah berdasarkan sikap lingkungan. Yaitu, program Sekolah Adiwiyata dari Kementrian Lingkungan Hidup. Program ini diminati banyak sekolah, dan telah banyak membantu sekolah menegaskan kembali perlunya pembelajaran cerdas alam ini. Penilaian tidak hanya dilakukan atas keberadaan tanaman hijau di sekolah, tapi juga sikap hijau yang tercermin pada program sekolah dan masuk dalam visi misi sekolah.

Seberapa pentingkah kecerdasan natural itu, dibanding kecerdasan-kecerdasan lainnya?

Menurut pakar kecerdasan majemuk Howard Gardner, natural intelligence adalah salah satu dari 8 kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. 

Lainnya adalah kecerdasan Spasial, Logic Matematic, Inter- personal, Musical, Bodyly kinestetic, Intrapersonal, dan Lingustik – intelligence. Itu disingkat sebagai SLIM N BILL      (N = natural intelligence)

LALU, APA HUBUNGAN ANTARA NATURAL INTELLIGENCE dan MINI ZOO SEKOLAH?

Mini  zoo sekolah sebagai bagian dari miniatur keberagaman hayati satwa dan puspa di Indonesia, tentulah menjadi garda penting bagi mendorong anak mencintai lingkungan sejak dini. Dalam kurikulum terintegrasi seperti pada Kurikulum13 (Kurtilas) yang sekarang diberlakukan, keberadaan mini zoo sekolah menjadi sumber belajar alam nyata yang mudah dan dekat untuk dieksplorasi oleh anak.

Dengan merawat tanaman di muka kelas, anak akan disadarkan betapa nikmatnya memiliki atau memelihara dan menikmati tetumbuhan. Dengan memberi makan satwa, maka emosi anak akan bahagia bahwa alam satwa adalah sesuatu yang menyenangkan dan menakjubkan. Kesadaran – kesadaran pribadi ini akan menumbuhkan kesadaran yang lebih besar nantinya, untuk melindungi tumpah darah Indonesia beserta isinya. 

Dengan berinteraksi dengan hewan dan tumbuhan, maka akan timbul rasa peduli terhadap lingkungan yang lebih luas. Antara lain, siswa tidak membuang sampah sembarangan, baik di sekolah dan juga di rumah. Siswa peduli kebersihan lingkungan, tidak suka ada tempat yang kumuh, genangan air, serta tidak terpelihara. Siswa juga menyadari bahwa penggunaan bahan bakar pada kendaraan bermotor dapat meningkatkan polusi udara, sehingga membiasakan diri ke sekolah bersepeda.

Siswa juga akan memiliki pola hemat energI listrik, karena mengetahui bahwa pembangkit listrik membutuhkan batubara ataupun bahan bakar minyak, sehingga akhirnya pun meningkatkan polusi udara.

Siswa juga suka kegiatan penghijauan lingkungan. Semisal menanam pohon di sekolah, menanam bahan pangan seperti jagung, sawi, kangkung, cabe, tomat, dan sayuran lain; serta menanam bakau di pantai yang tergerus ombak (abrasive).

Sikap peduli lingkungan, cermin dari tingginya natural intelligence ini, pada akhirnya mendorong anak-anak kita menjadi professional yang bergelut di bidang biologi, plasma nutfah, mikrobiologi, peternakan, kedokteran hewan, industri pangan, pengolahan hasil hutan, ahli kelautan, dsb, yang semua terkait pada kepedulian pada alam dan mengelola alam secara bijak untuk anak cucu kelak.

Mudah-mudahan nanti ke depan tidak lagi kita mendengar kasus-kasus kerusakan lingkungan karena ulah masyrakat ataupun elit pimpinan yang serakah. Yang kita temui adalah alam lingkungan sekitar yang indah, taman-taman yang indah, perkotaan yang bersih, kota dengan zero waste, pengelolaan air yang baik, bebas banjir dan rob, serta berbagai keunggulan lingkungan lainnya.

Jadi, pada anak-anak kita mutlak kita bekalkan kecerdasan lingkungan ini, atau natural intelligence. (IM)   

link terkait: kecerdasan naturalis 

Post a Comment

0 Comments