CARA MENGHIDUPKAN MINI ZOO SEKOLAH AGAR TETAP DIMINATI SISWA


Bosan Apa Bosan? Ah Jangan .. .

belajar bersama ttg satwa dan tumbuhan
belajar di  mini zoo sekolah 

Sejak kematian kalkun jantan, anak-anak seperti kehilangan semangat ke Mini Zoo Semut. Si CR-7, begitu sebutan akrabnya kalkun jantan, memang suka bermain bola. Kalau diberi bola plastik, dikejar lalu ditendangnya. Begitu responnya kalkun dengan bola. Meski tubuhnya besar, toh bisa berlari dengan mudah mengejar bola dan menendangnya. Kini kalkun jantan sudah mati, atau kembali ke Allah SWT, benar bahwa “semua yang bernyawa itu pasti mati”. 

burung nuri

burung merak

ayam asli kampung

kura kura gurun
kalau punya koleksi seperti ini, tentu asyik berkunjung ya... 

Dan suasana Mini Zoo Semut memang agak menurun tidak semeriah kemarin-kemarin.  Ndaru siswa kelas 1, yang biasanya tiap pagi selalu mampir, kini agak jarang terlihat.

Hallo pak. Apa ada binatang yang baru? “ tanya Ndaru, kepada saya, di halaman sekolah, yang rada jauh dari lokasi minizoo.  Hmm, kelihatannya Ndaru sudah tidak surprise lagi berada bersama hewan yang sudah dikenalinya.

Hewan apa yang kamu suka? Yang menurutmu menarik untuk kita koleksi di sini? “ jawab saya.. 
Ndaru berfikir, alam fantasi pikirnya bekerja.  Bagaimana kalau landak, putih dan kecil,” tantang saya.
Boleh juga pak, tapi yang kecil aja ya … ,“ jawab Ndaru.  Ia menuturkan, sekarang sedang suka dengan  salah satu tokoh dalam permainan di handphone, sejenis hewan bertanduk.

Mmm kalau musangnya sudah jinak, pak?” tanyanya.
Belum Ndaru, masih belajar untuk jinak. Tapi sekarang tubuhnya makin besar dan gemuk, jadi agak lebih sulit menjjinakkannya,” jelas saya. Seminggu sekali musang Bruno dimandikan supaya makin jinak.

ATRAKSI BARU ATAU SATWA BARU YANG MENARIK

Pembiasaan bermain dengan satwa, memang merupakan sesuatu yang ditunggu anak. Misalnya, menurunkan iguana dari kandang ke kolam ikan, supaya mau berenang. Bermain bersama sugar glider. Memanggil turun burung merpati dari dahan pohon, dan memberinya makan. Memandikan musang.  Mengeluarkan kelinci agar bisa dipangku anak-anak.

Di era digital 4.0 ini – ya elah kenapa bawa-bawa 4.0 - pola kegiatan anak pun berubah. Dulu, anak-anak memang tidak berani menyentuh satwa, karena berbagai alasan yang diberikan, seperti kotor, bau, jorok, ee-nya bau, suka menggigit, mematuk, mencakar, hingga berbahaya membawa penyakit tokso atau rabies. Akibat tumbuh dalam suasana ketakutan seperti itu, jarang kita temukan anak desa yang lepas bebas bermain.

Sekarang, anak suka akan satwa. Petshop banyak mengenalkan hewan eksotis, seperti iguana, stego, hamster, kucing ras, dsb, sehingga banyak anak yang memiliki hewan-hewan mini. Kalau disensus oleh pihak sekolah, pasti banyak anak yang memelihara hewan kesayangan di rumah. Baru ketahuan kalau ada peringatan hari-hari lingkungan, dalam event PET DAYS, semua koleksi binatang siswa dibawa dipertontonkan ke sekolah di muka para teman-temannya.  

Kebanyakan orangtua modern saat ini, sudah kembali menyukai memelihara hewan di rumah. Bahkan sengaja beternak dan hasilnya dijual, untuk dibelikan pakan dsb. Jadi, niatnya memberi pengalaman merawat mahluk Tuhan, sembari berwirausaha pada anak sejak dini. Misal, beternak lovebird, beternak iguana, dsb.

Kembali ke soal kebosanan, memang kita sebagai pengelola mini zoo sekolah harus proaktif memberi nuansa yang baru pada anak. Beberapa hal ini dapat dilakukan:
  1. Mengubah tampilan atau layout kandang satwa. Memindahkan ke sudut yang lain, atau mengecat kandang yang sudah lapuk dengan warna yang baru. 
  2. Menambah meja display, atau tempat duduk di area, supaya anak lebih nyaman berkunjung.
  3. Menambah jumlah koleksi. Jika ada hewan yang masih sendiri, dicarikan pasangannya agar dapat berkembang biak. Atau, ditambah sepasang sepasang hewan baru secara rutin. Kebun binatang besar pun secara periodik menambah koleksi baru dengan hewan yang lebih unik.
  4. Menjinakkan satwa yang ada, sehingga yang semula tidak dapat diajak bermain, sekarang sudah dapat berinteraksi. 
  5. Mengijinkan anak memasuki kandang, agar tahu suasana dalam kandang
  6. Membuat poster, papan label, keterangan keadaan, atau papan petunjuk untuk menghidupkan suasana di mini zoo.
  7. Menggelar kegiatan yang terkait, seperti menggambar hewan, mewarnai gambar hewan, mendongeng tentang satwa, atau lomba mengarang tentang satwa. Bagusnya kalau ditampilkan pada display kelas/sekolah.

Demikian beberapa sentuhan agar mini zoo tetap menjadi pusat perhatian sekolah. (IM)    

Post a Comment

0 Comments