bermain atau belajar kah meraka? Mencatat kesan dengan pendapat sendiri, memasuki wilayah integrasi berfikir |
HOT singkatan dari High Order Thinking, atau berfikir kritis.
HOT kini seolah menjadi trend pendekatan baru dalam pendidikan nasional, dan kerap dibahas dan disosialisasikan oleh tingkat kementerian pendidikan hingga jajaran kepala dinas sampai pengawas sekolah dan kepala sekolah serta para guru, sebagai salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan nasional. Padahal, bangsa yang cerdas, atau mencerdaskan kehidupan bangsa, telah menjadi cita-cita pendiri negeri ini sejak lama.
MINI ZOO SEKOLAH adalah taman bermain satwa dan tetumbuhan di sekolah. Bermain itu berfikir, bermain itu mencerdaskan, bermain itu mengolah rasa. Bermain adalah aktualisasi dari proses kecerdasan dalam polah tingkah anak.
Lantas apa hubungan keduanya?
Dalam skema Taksonomi Bloom, berfikir kritis itu ada pada puncak piramida Bloom, yaitu setelah tahu (1), paham (2), mampu menggunakan (3), mampu menganalisis (4), mampu mengevaluasi (5), dan mampu menciptakan (6).
Pembelajaran di sekolah, umumnya lebih banyak mengutamakan sisi hapalan, sedianya melatih anak hingga pada tingkat skema ke -3 atau ke -4. Karena terikat dengan target materi kurikulum yang ingin dicapai, yang mana target itu berupa pengenalan pemahaman tentang berbagai materi fakta-fakta dan informasi pengetahuan.
Proses berfikirnya untuk mencapai pengetahuan itu sendiri sering kelewat, karena lebih mengutamakan agar fakta atau informasi pengetahuan itu dapat diketahui dikenali dengan cepat. Proses berfikirnya tidak terjadi, atau sangat terbatas terjadi.
Benjamin S. Bloom juga menekankan kemampuan afektif dan psikomotorik. Apalagi untuk kedua bagian ini, banyak kita para pendidik yang jarang menyentuhnya.
KURIKULUM 13 MAKIN HOT
Perubahan kurikulum terjadi. Yang terbaru Kurikulum 2013, atau Kurtilas, yang membuat pembelajaran tematik, tema-tema terpadu atau disatukan pada beberapa mata pelajaran sekaligus.
Sejatinya, hal ini dimaksudkan untuk membuka pola pikir anak pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu kebiasaan membandingkan, mengevaluasi, mengakumulasi, dan berani menciptakan dan mengutarakan pendapatnya sendiri.
Penulis berpendapat, pola integratif ini ada pada saat interaksi di mini zoo sekolah. Suasana pembelajaran outdoor seperti ini, akan membuka pikiran anak seluas-luasnya. Melihat alam memberikan berbagai rasa dan rangsangan emosi dan pikiran. Mengeksplorasi alam memberikan pemahaman-pemahaman baru yang berbeda dari waktu ke waktu, sesuai dengan tingkat pengetahuan yang diterima sebelumnya. Beberapa yang tidak menarik, kini menjadi lebih menarik dan mengundang rasa ingin tahu.
Di Mini Zoo Semut, anak bebas melontarkan pertanyaan, kesan, pendapat, yang unik bahkan liar sekalipun. Salah benar tidak masalah. Dan terkadang teman yang satu menimpali pendapat teman yang lain. Jadi, sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik anak secara alamiah menyatu dalam aktifitasnya itu.
Dalam keceriaan berinteraksi dengan satwa dan tanaman, akan diperoleh satu kesan. Kesan ini dapat terbawa terus menjadi pertanyaan yang berkembang dalam pikiran anak setelah dia sampai di rumah, yang dapat didiskusikan dengan ayah ibu. Dan esok kembali didiskusikannya dengan teman sebangku.
Perwacanaan pembicaraan siswa berkembang dari hal-hal pertemanan yang sehari-hari, menjadi pencarian fakta-fakta tentang satwa atau tanaman. Tentu ini merangsang tumbuhnya pola pikir kritis.
Banyak pertanyaan dapat dilontarkan siswa, dan dia boleh berpendapat berbeda dengan pendapat teman, tanpa takut salah dalam perdefinisian, ataupun dalam fakta-fakta.
Setiap anak punya sudut pandang yang unik yang berbeda satu sama lain, saat merespon interaksinya dengan satwa.
Di sinilah akan terbuka pola-pola pendekatan pikir yang baru, yang sama sekali berbeda dengan pendapat yang telah tertentu atau ditentukan tentang sesuatu.
bermain itu menyenangkan dan mencerdaskan |
Memanfaatkan mini zoo sekolah untuk merang-sang pola pikir anak, seyogyanya harus sering dilakukan oleh guru. Tentu dengan mengajak berkunjung ke mini zoo, baik guru maupun siswa akan ditantang meng-olah pertanyaan-perta-nyaan baru, yang tak ada di buku.
Sungguh beruntung para siswa yang selalu terasah dengan ber-bagai pengalaman eks-ploratif di sekolah, sehingga dapat mengkristalkan penda-patnya dalam berbagai sudut pandang yang unik, dengan bahasa keseharian mereka sendiri, sebagai ungkap-an cipta atau kreasi.
handsfeed burung merpati... |
0 Comments