PERKEMBANGAN PEMBUATAN KOMPOS SELAMA 3 MINGGU

Gembira dapat memanen kompos setelah 3 minggu. Ternyata, tidak terlalu sulit cara membuat kompos itu. Dan keberadaan kotoran hewan, terutama urine dan pup kelinci berguna untuk membuat kompos. ( Serupa siklus pembuatan kompos di lantai hutan-hutan, yang terlupakan ...) 

1. Awalnya seperti ini, 8 Februari 2019
lihat post sebelumnya tentang kompos: Lakukan 7 Hal Agar Sampah Cepat Menjadi Kompos 


sampah daun rambutan
awalnya campuran antara daun rambutan coklat
dan daun rambutan hijau, plus  kulit buah rambutan.   
sampah diberi mikroba pengurai
diberi cairan mikroba pengurai,
dari fermentasi urine kelinci dan EM4


 2. Pada 2 minggu + 2 hari, tanggal 24 Februari 2019 keadaannya begini: 

proses kompos dalam 2 minggu
kondisi setelah 2 minggu, daun-daun mencoklat dan menghitam.
Sebagian daun hijau adalah tambahan baru yang masuk belakangan



3. Pada 3 minggu,  tgl 28 Februari 2019 seperti ini:  

pemisahan kompos dari daun yang masih kasar
a,   memisahkan  sampah yang belum menjadi kompos.
Mengeluarkan yang sudah menjadi kompos,
disimpan dalam karung

a. Memisahkan kompos dan dedaunan. 
Kompos yang sudah hancur dipisahkan dari yang masih berbentuk daun atau bulatan buah rambutan. 

b. Yang sudah hancur dikeluarkan. Diperoleh 2 karung kompos, total sekitar 50 kg. Dikemas dalam karung, diikat, dan disimpan. Agar kompos makin dingin dan proses pengomposan selesai. 

Yang masih berbentuk kasar belum hancur berarti masih perlu proses untuk pengomposan berlanjut. Dikumpulkan, ditumpuk kembali, dan disiram lagi dengan mikroba pengurai. 

Yang masih kasar sekitar separuhnya. Nah, ruang yang kosong akan diisi kembali dengan sampah kebun yang baru.

memanen kompos yang sudah halus
b. dapat dua karung kompos, yang memang tidak diayak, jadi ada bagian yang masih kasar juga.
Tersisa separuh yang masih berupa daun kasar, ditumpuk lagi untuk menyelesaikan proses pengomposan




















Lumayan, memanen kompos hari ini dapat 50 kg. Persiapan untuk menanam di vertical garden dan pot. Ke depan akan lebih berupaya untuk mencermati hasil tong komposter. Juga, apakah kualitas kompos cukup bagus atau tidak bagi tumbuhnya tanaman bayam dan sawi yang akan ditanam.

Inginnya dapat mengolah sampah di sekolah, terutama mengolah sampah organik kebun sekolah berupa sampah pepohonan rambutan dan mangga, serta sampah dari perapihan taman. Percobaan ini meyakinkan diri, bahwa cara membuat kompos itu tidaklah sulit. Semoga dapat menuju pengelolaan  zero waste di sekolah Semut-Semut the Natural School. (IM)




Post a Comment

0 Comments