SUPAYA GURU MAU TURUN MENGAJAR KE LUAR KELAS dan CINTA LINGKUNGAN HIDUP FAUNA FLORA

MENGEMBANGKAN PARADIGMA DAN KEBIASAAN BARU CINTA LINGKUNGAN BAGI PARA GURU 

Guru  membuat program kegiatan di alam terbuka (lokasi perkemahan Cibubur, Jakarta}

Mengamati jenis tanaman

Dunia pendidikan mutakhir membutuhkan guru-guru yang berorientasi luas, yang tak melulu terjebak dalam konten kurikulum diknas, tapi yang mampu mengajak anak berinteraksi dengan alam dan memanfaatkan alam (fisik dan sosial) sebagai sumber belajar 

Era milenium sekarang ini, di tahun 2022 dan tahun-tahun mendatang, orientasi pendidikan lebih dituntut pada kemampuan siswa dalam hal kreativitas, komunikasi, dan adapatasi pada alam lingkungan dan kemasyarakatan 

Kasus-kasus kerusakan alam yang parah, serta paradima cinta alam (green living) sangat mengemuka, sehingga guru makin dituntut untuk menyiapkan rencana pembelajaran (lesson plan) yang kuat relasi nya dengan alam 


Tidak lagi melulu terjebak dalam konten yang tertuang di buku-buku pegangan, yang kebanyakan disusun secara as-usual alias mengkopi konten-konten tahun sebelumnya,  atau belum berorientasi ke depan 

Supaya guru mau turun mengajar di luar ruang kelas, dan menghargai dan mengajarkan siswa kecintaan dan apresiasi pada lingkungan hidup sekitar 

Memang, kebanyakan kita sebagai pendidik, kurang baca koran dan menonton berita televisi, sehingga kurang update dengan masalah -masalah yang berkembang kini dan proyeksi masalah di masa depan (kebanyakan lebih suka akan infotainment dan drakor ya ,      hehehehee) 

Mudah-mudahan, pendekatan merdeka belajar dan merdeka mengajar, akan memperbaiki orientasi kreatifitas - komunikatif- adaptif - cinta lingkungan di kalangan guru, siswa, dan pembelajaran di sekolah

MASALAH DI TENAGA KEPENDIDIKAN 

Entah bagaimana, sering penulis temui, para guru yang enggan bermain di alam 
Karena takut kotor, jijik, geli, takut gatal, atau apa ya? 
Juga pengetahuan nya akan jenis-jenis hewan dan tanaman sedikit atau amat terbatas 

Yang lebih serius, mereka pun enggan untuk bertanya atau mendalami nya 

Kenapa terbentuk guru yang kurang kesadarannya  akan lingkungan? 
Kenapa terbentuk guru dengan kecenderungan natural intelegensi yang rendah? 
Apa yang salah dengan model pendidikan keguruan kita? 

Beberapa sekolah lebih cenderung menerima lamaran dari calon guru yang memiliki hobi berorganisasi, naik gunung, olahraga, musik, paduan suara, drumband, berkebun/beternak, atau pun aktifitas lain di luar ruang

Ini menjadi preferensi tambahan syarat penerimaan guru baru

Sebab, guru dengan bekalan begini, orangnya rata-rata mudah beradaptasi, gampang gaul dan berkomunikasi, lebih positif dalam bekerjasama, bersikap egaliter, dan cenderung mau belajar dan bersikap terbuka terhadap masalah atau perubahan (open minded

Sebaliknya, sekolah enggan menerima calon guru yang miskin pengalaman miskin hobi, dan minim dalam berkegiatan di kampus

Diperkirakan, meski tidak semua calon guru seperti ini, nantinya bakal sulit untuk berkembang, karena melulu mengandalkan buku-buku acuan sebab kurang kreatif dan tidak berpikiran terbuka 

Agaknya, lembaga pendidikan tenaga guru, semisal fakultas kependidikan, kurang membekali mahasiswa nya, dengan pola pikir atau paradigma guru maju 
Mudah-mudahan saya salah, tapi melihat output calon guru, kebanyakan masih dalam model pendidikan lama, yang melulu berpegang pada acuan-acuan modul pendidikan yang mengutamakan ceramah

Ini lazim terjadi, jika dosen mengajar melulu dengan pola ceramah, maka hasilnya adalah sarjana (guru) yang gemar berceramah juga

Sementara, di luar sana, di masyarakat Indonesia, di Asia Tenggara, dan bahkan di dunia global, tuntutan akan profil siswa sudah begitu tinggi 

Bukan hanya siswa yang pintar akademik , namun dengan kompetensi kreatifitas, kompetensi kepribadian yang komunikatif -adapatif, dan kompetensi cinta pelestari lingkungan 

Di sini, tugas sekolah, khususnya tim penerimaan guru baru (unit HRD) harus bekerja keras untuk membentuk paradigma baru pendidikan, yaitu guru dengan pola pikir kreatif, terbuka, komunikatif, adaptif, dan cinta lingkungan 

Sudah pasti juga guru  yang bekerja dengan hati dalam melayani tumbuh kembang anak, terutama di usia TK, SD, dan SMP, di mana pada masa ini siswa amat perlu dibentuk kepribadian dan kompetensi nya 

Berbagai pelatihan harus diberikan oleh tim sekolah, terutama untuk menumbuhkan pola pikir yang maju 

Growth mind set, yaitu menumbuhkan terus menerus keinginan untuk belajar dan berkembang 


TIPS CARA MENGEMBANGKAN SIKAP CINTA LINGKUNGAN 

Tak kenal maka tak sayang 
Itu pepatah yang relevan sekali 
Para guru harus sering berinteraksi dengan alam, lebih rutin dan mendalam 

Bermain ngengat 
Misal, sekolah merancang kegiatan outing di alam, seperti ke gunung, berkemah, mendaki, menyusuri pedesaan, ke sawah, ke hutan mangrove, ke pantai, ke air terjun, atau bahkan ke pulau (misal ke Pulau Seribu di Teluk Jakarta }

Tentu tim survey lebih dulu menjajaki rute-rute yang aman, terjangkau, dan tidak berbahaya

Selama berkegiatan itu, baik siswa maupun guru 'terpaksa' tercebur dalam alam terbuka 

Timbul rasa kekaguman, rasa takjub, rasa senang, rasa suka, rasa menghargai, dan rasa peduli, dan rasa cinta ke pada alam 

Di sekolah, pengalaman di alam terbuka itu dilanjutkan dengan tema-tema materi pembelajaran di kelas

Misalkan dengan menghadirkan problem kerusakan lingkungan sebagai wacana 
Lebih sering menugaskan anak dengan kegiatan berinteraksi  dengan ekosistem di pekarangan sekolah 
Menghadirkan materi-materi yang terkait dengan satwa dan flora yang bermanfaat, indah, atau menakjubkan 
Menghadirkan keistimewaan bentang alam yang tidak tertandingi 
Mengajak anak secara virtual melihat keindahan dan keunikan alam di Indonesia dan dunia 

Intinya, para guru berkebiasaan untuk menelaah alam, dan menghadirkannya atau menyinggungnya dalam pembelajaran 

TIPS meningkatkan sikap/mind set guru agar cinta lingkungan

  • Perkaya atau tambahkan materi ajar dengan tema lingkungan sebagai titik point 
  • Dekatkan materi alam ke dalam kelas, dengan menggunakannya sebagai materi ajar, atau alat peraga 
  • Namai kelas atau kelompok dengan nama gunung, pulau, tanaman khas, hewan khas, yang sekiranya dapat menghidupkan wawasan siswa 
  • Gunakan dongeng fabel atau cerita kearifan lokal saat menyampaikan materi pembelajaran  
  • Biasakan untuk mengajak anak turun ke luar kelas / halaman, untuk mengerjakan tantangan berkunjung ke taman sekolah, mini zoo, atau lingkungan sekitar sekolah 
  • Secara berkala program kan kegiatan di alam bebas, seperti  hiking, camping, susur alam, ke pantai menanam mangrove, membersihkan sampah lingkungan, atau kampanye lingkungan hidup bersih 
  • Membentuk atau memilih siswa yang cocok sebagai duta lingkungan, yang sekiranya dapat menjadi ikon dalam kelas atau kegiatan sekolah 
  • Rekreasi guru yang dilaksanakan oleh manajemen sekolah, memilih tempat-tempat rekreasi yang berkarakter alam dan budaya

Hasil akhir dari pembiasaan bagi guru dan siswa untuk berinteraksi dengan alam, memang kualitatif sifatnya, sehingga rada sulit men-skor dalam raport kinerja guru maupun raport siswa 

Namun, dengan menarasikannya dalam raport, kita dapat mengevaluasi kompetensi siswa akan cinta lingkungan 

Natural intelegensi, atau kecerdasan dalam memahami/berinterksi dengan alam, hemat penulis adalah suatu yang sangat berharga yang harus dibekali pada siswa 

Karena itu, wajib para guru untuk melatih dan mengembangkan diri yang cinta fauna-flora, dan lingkungan sekitar kita 

(IM}





Post a Comment

0 Comments