MEMBENTUK KOLONI BURUNG MERPATI

Agar koleksi hewan di Mini Zoo Semut berkembang, maka dipilih membuat koloni burung merpati. 


koleksi mini zoo semut
merpati jantang yang gagah  berbadan besar  dipilih
sebagai calon indukan pejantan

Pernahkan kalian pergi ke suatu taman yang diramaikan oleh banyak burung merpati, seperti di Taman Suropati di Jakarta, atau di beberapa tempat wisata di luar negeri. Pasti menyenangkan ya... 

Merpati atau sering disebut burung Dara, adalah hewan yang mudah jinak. Dipanggil mau datang, dan mematuk makanan di tangan, atau menclok hinggap di bahu. 

Tentu akan menjadi interaksi yang menyenangkan bagi siswa. Kalau bisa dilatih menjadi seperti ini, huu.... seru..!!

GAGAL MEMELIHARA MERPATI KIPAS PERTAMA  


Ada bermacam jenis burung merpati, dari merpati Jawa yang lokal, sampai merpati hias yang impor. Juga ada tipe merpati balap, merpati terbang tinggi, dan merpati berbadan gemuk besar untuk dipotong diambil dagingnya.  Daging merpati enak dimakan lho. 

Kami inginnya merpati ini bisa hidup bebas berkelompok, istilahnya ber-koloni. Awalnya pilihan jatuh pada jenis merpati kipas atau merpati hias, yang ekornya seperti kipas. Penampilannya menarik. 

Ada  beberapa tipe warna merpati kipas ini, warna putih, coklat, dan hitam. Di pasar burung Pramuka, kipas putih sepasang Rp 200 ribu, sedangkan kipas coklat yang lebih lucu,  sepasang Rp. 400 ribu.  

Akhirnya diboyong pulang si merpati kipas putih. Keduanya ditaruh di kandang bekas kelinci yang lumayan luas, agar berjodoh. Di minggu pertama, keadaannya sehat. 

Namun di minggu kedua, si betina kelihatan murung dan kotorannya berwarna putih. Oh, dia sakit, dan dua hari kemudian mati. Jantan tinggal sendiri. 

Ketika itu, merpati kipas ini sudah bisa keluar masuk kandang sendiri. Kesalahan kami, si jantan yang sendirian itu enggan masuk kandang karena posisi pintu masuk terganggu lalu lalang orang. Beberapa hari kemudian, di suatu pagi, ia terbang hinggap ke wuwungan atap yang tinggi. 

Heran, biasanya merpati kipas, karena ekornya yang besar seperti kipas, kurang suka terbang tinggi dan jauh. Mungkin, dia merasa sendiri dan kesepian. Sorenya, ia tidak pulang. Mungkin pergi mencari koloni atau  teman yang baru... .  

Kepergian ini menjadi pelajaran, mungkin jenis merpati kipas tak seperti merpati biasa yang gampang terikat cinta dan setia dengan kandangnya.  

Berikutnya diputuskan membeli jenis merpati biasa
saja, yang konon lebih tahan penyakit, dan mudah jinak. 
Dari pasar Jatinegara, kami membeli 6 ekor, harga Rp. 30 ribu untuk betina, dan Rp 50 ribu yang jantan. Merpati yang belum berjodoh dan bukan yang jenis aduan terbang tinggi, harganya memang lebih murah.   

Dibeli terpisah perekor, kemudian diperjodohkan. Caranya, dengan mengurung dalam kandang kecil tertutup selama satu atau dua minggu. Karena ketemu terus, tentu akan suka satu sama lain. Setelah cocok, berlanjut jadi pasangan tetap atau berjodoh. 

Mengetahuinya dari perilaku sang jantan yang selalu mengeluarkan suara gerukan dan menggelembungkan kantung udara di leher. Dan si betina ingin di sampingnya saja tidak menjauh.  

Singkat cerita, setelah terjadi perjodohan, maka burung itu kami pindahkan ke kandang koloni di tempat yang lebih tinggi.  Sebelumya, sekitar 7 bulu sayap utama direkatkan dengan selotip. Ini agar burung tak bisa terbang tinggi sehingga tidak kabur selama masa adaptasi. 

Berhasil, adaptasi sekitar seminggu, ketiga pasang burung itu suka menempati kotak barunya masing-masing. Dan beberapa hari berjalan, selotip di bulu sayap jantan dilepaskan.  Menyusul betina beberapa hari kemudian.  

Mudah-mudahan terus berkembang biak. Harapannya, mini zoo nanti memiliki koleksi sekitar 20 ekor merpati, yang hidup akur sebagai sebuah koloni atau kelompok. Jumlah 20 ekor jumlah sekiranya sudah cukup banyak, masih sesuai dengan daya dukung lingkungan sekolah, dan kotorannya tak terlalu banyak yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan belajar.

KESULITANNYA, ADA BURUNG JAGOAN YANG GALAK 


Membentuk koloni burung ternyata tidak semudah diharapkan.  Meski merpati hewan yang bersosialisasi, suka berteman, namun terjadi dominasi atau penguasaan wilayah. Di sini, yang paling dominan atau galak adalah seekor jantan berwarna coklat. Bodi-nya memang paling besar dan kelihatan paling tua. 

Si jantan coklat ini beraksi bak jagoan. Ia selalu mengejar dan mengusir jantan pasangan lain yang mendekati kotaknya, dan ingin menguasai beberapa kotak kandang sekaligus.  

Tapi si coklat ini mendapat perlawanan dari jantan abu-abu -- yang ukuran tubuhnya juga bagus besar keturunan merpati pos. Berkelahi saling dorong dan mengkepretkan sayap.  Akhirnya coklat yang menang. Ia menjadi kepala suku. Abu-abu pindah bersarang masuk ke plafon kelas yang bolong ..... haduuh.

Akibat sering diusir saat berebut tempat bertengger atau saat makan, jantan abu-abu yang kalah merasa tidak betah. Suatu pagi, dia terbang tinggi. Berputar 2 kali di atap sekolah, dan kemudian pergi tak kembali. Ah.. sedihnya. Berikut menyusul betina nya pun pergi. 

Tinggallah 2 pasang yang terus berkembang. Dari dua pasang itu, telah lahir 3 ekor merpati, yang kini sudah beranjak dewasa.  Dua ekor berwarna blorok atau belang, yaitu  putih coklat, dan putih abu-abu. Jadi sekarang koleksi menjadi 7 ekor. 

Semoga terus akur ya.. sehingga membentuk koloni burung merpati di mini zoo Semut.(IM)



Post a Comment

2 Comments

  1. Terima kasih kembali pak. Ya nanti kami pelajari berbagai burung yang lain yang mungkin dikoleksi di mini zoo kami. Salam ...

    ReplyDelete