AGAR KOLONI BURUNG MERPATI CEPAT TERBENTUK

Lama kelamaan, dari semula 4 ekor merpati yang bertahan, kini telah berkembang menjadi sejumlah merpati yang tinggal berkoloni. Koloni merpati kini sudah semakin terbentuk, banyak merpati tapi mereka akur dan baik. 

koloni merpati di Mini Zoo Semut sudah terbentuk 

ada sepasang merpati kipas (pigeon fantail) yang sudah berbaur 


Keberadaan burung dara(merpati) di Mini Zoo Semut, makin lama makin menyenangkan. Mereka tinggal berkoloni di lantai 2 atau di atas kandang ayam kalkun. Kandang koloni mengambil konsep kandang bersama di ketinggian atau di Jawa dikenal dengan istilah pegupon.

Mereka mau datang turun dan makan di tangan. Kalau diberikan kacang tanah -- jadwalnya jam 09.00-09.30 saat anak-anak beristirahat pagi (freeplay). Anak-anak suka merasakan kepakan sayapnya saat terbang bersama -- biasanya karena dikagetkan. "Wih seperti dikipas... " begitu kata mereka. Gemas ingin memegang menangkapnya. 

Beberapa siswa masih rasa takut jika burung mematuk makanan di tangan mereka. "Sakit pak.. kena patuk." Beberapa malahan suka dan mengajukan diri meminta agar saya memberi makan bersama. Ada yang sudah berani kalau merpati bertengger di tangan sambil mematuk makanan. 

Kegiatan memberi makan pada jam freeplay itu menjadi hal yang ditunggu. Jinaknya burung merpati mendekatkan siswa pada betapa nikmatnya jika terjalin komunikasi antara manusia dan satwa. 


memberi makan merpati
suka merasakan sensasi kedekatan dengan satwa merparti 

memberi makan merpati
mengenal lebih dekat perilaku satwa menjadi hal yang menarik untuk dirasakan 

Kini, kalau di sensus, ada sekitar 21 ekor merpati yang berkoloni di kandang.  Beberapa masih anakan yang baru lepas lolohan sang induk. 


Dari jumlah itu, sekitar 7 ekor adalah merpati tetangga yang ikut nimbrung. Uniknya, nimbrung saat makan, tapi setelah kenyang kembali ke rumahnya sendiri. 

Konsumsi para burung ini sekitar 1 kg pakan sehari. Gabah, jagung pecah, kacang hijau dan ada campuran pur pakan anak ayam. Sudah ada set menu ini di toko burung. Sekitar Rp. 10 ribu perkg. Diberikan 2 kali, pagi sekitar jam 09.00 dan sore sekitar pk. 16.30. Burung juga mau memakan nasi sisa katering sekolah yang sering diberikan ke ayam kalkun. 

Tentang koloni, sebelumnya ada beberapa burung merpati kelihatan tidak betah. Beberapa pejantan muda, pergi ke rumah tetangga. Beberapa burung nyasar yang coba hinggap, juga tak betah dan pergi lagi. 

Gangguan terutama oleh dua ekor jantan tua -- si coklat dan si abu-abu. Sebagai kepala suku. Mereka mendominasi kandang, sehingga yang lainnya merasa kurang nyaman. 

Apalagi kalau kita memasukkan burung baru dari pasar, wah pasti berantem. Uniknya, ketika ada warga baru, sepasang burung merpati kipas coklat, semula terjadi penolakan dan perkelahian. Tapi rupanya si kepala suku heran melihat ada merpati dengan ekor seperti kipas sebesar itu, dan akhirnya dia bisa menerima kehadiran kedua merpati kipas. Saat ini merpati kipas itu kelihatan belum berjodoh untuk bertelur, jadi belum menguasai salah satu sarang yang ada. 

Kedigjayaan merpati senior si kepala suku ini memang mendominasi lingkungan. Bahkan, anaknya sendiri yang sudah lepas loloh, juga diusirnya pergi. Maksudnya jangan lagi ada di kandang tempat dia dilahirkan. 

Beberapa pejantan bagus yang kalah perbawa, malahan terbang dan tinggal di kandang tetangga sebelah mengawini betina milik tetangga. Siang hari datang dan bermain bersama, dan makan bersama, setelah kenyang kembali pulang ke kandang tetangga... 

Tentu kita berharap, koloni akan terbentuk makin banyak, meski akan kian repot karena makin banyak makanan yang harus disediakan. Idealnya di Mini Zoo Semut ada sekitar 30-40 ekor merpati. Agar kehadirannya menarik, tapi tidak membebani lingkungan karena kotorannya.  

Dari pengamatan penulis, ternyata ada BEBERAPA HAL YANG TIDAK DISUKAI MERPATI SAAT MEMBENTUK KOLONI:  

1. Lebih banyak pejantan ketimbang betina. Atau kekurangan betina. Akhirnya pejantan yang bagus pergi ke tetangga mencari betina lain. Jadi perlu juga untuk menghitung berapa jantan dan betina di kandang. Supaya tidak ada yang tidak memiliki pasangan. 

2.  Kekurangan jumlah rumah/kandang. Terjadi perebutan tempat bertelur. Semula memang cuma ada 4 kandang mengeram. Sehingga, pasangan yang sudah mulai jatuh cinta kesulitan mencari tempat untuk bertelur. 

Rupanya merpati memang perlu tempat tinggal privat bersama pasangannya. Terbukti, setelah dibuatkan 4 kotak kandang lagi, segera saja terisi dengan pasangan yang baru terbentuk. Malahan betina tetangga pun terpikat untuk tinggal bersama di koloni. 

Agar mencapai 40 ekor atau 20 pasang, tampaknya harus ditambahkan lagi kandang baru di pegupon yang ada. Mungkin harus dibuatkan ukuran kandang per pasang yang lebih kecil agar dapat memuat lebih banyak kandang di pegupon ini. 

3. Si junior (muda ) takut dengan para senior (tua). Anak merpati ada yang mati karena kalah memperebutkan ruang tinggal. Setelah belajar terbang dan lepas loloh, anak merpati ada yang belum siap mandiri. Dan dalam koloni, mendapat tempat terbatas untuk makan karena takut dengan para seniornya yang galak. Jadi saat memberi makan, perlu dibuatkan tempat makan beberapa agar anakan atau merpati junior juga dapat leluasa makan. 

4. Kandang basah tampias  kehujanan dan dikejutkan binatang (buas) pengganggu. 

Kelihatan suasana di kandang cukup nyaman. Atap kandang menutupi dari tampias kehujanan. Ada tempat bertengger di dalam pegupon, di pojok-pojok dan diatas kotak bertelur. Bisa berjemur di pagi hingga siang hari di atap datar dan hangat. Kandang pun menghadap matahari pagi, sehingga faktor kelembaban kandang berkurang. Dan sejumlah pohon besar di dekat kandang menjadi tempat permainan mereka. 

Tampaknya kenyamanan yang ada cukup membuat koloni ini betah. Kalau ketinggalan atau terlambat memberi makan, mereka dapat bermain mencuri makanan di kotak ayam kalkun, di bawah kandang burung puter, atau mencuri pelet kelinci yang tercecer jatuh.  

Kasus anak burung dimakan oleh musang atau garangan, juga tidak terjadi. Juga tidak ada kucing yang naik ke kandang. Jadi rupanya sudah ada ketenangan di kandang. Terbukti tingkat produktifitas bertelur cukup tinggi. Kini ada beberapa anakan yang sedang mencicit saja dari kandang meminta makan. Tubuh anakannya pun besar dan gemuk, pertanda senang dipelihara di Mini Zoo Semut. 

5. Ketersediaan pakan dan minum. Kelaparan atau sulit makan minum tentu membuat koloni tidak betah. Dengan jadwal makan pagi dan sore, ternyata cukup dirasakan enak oleh para burung merpati ini. Pakan sering disebar ke atap kandang yang datar. Atau diberikan di lantai. Minum dari pond atau kolam kecil yang mereka sukai. 

Begitu cerita merpati. Moga burung-burung ramah ini tetap sehat dan berkembang biak, tidak terkena wabah penyakit. Perlu naik ke atas untuk membersihak lantai pegupon dari sisa kotoran burung. Dan menambah kandang  untuk calon induk-induk baru yang ingin bertelur. (IM)


Post a Comment

1 Comments