APA SAJA KESALAHAN DESAIN DAN PENGELOLAAN KOLAM IKAN DI MINI ZOO SEKOLAH

kolam ikan di mini zoo sekolah
Kolam ikan di mini zoo Semut.
Sekarang ikannya tinggal sedikit.
 Keadaan kolam setelah dikuras dibersihkan. 

Sejak awal sebuah kolam ikan berbentuk lingkaran telah dibangun di area Mini Zoo Semut. Ini dimaksudkan sebagai habitat akuatik, agar siswa dapat bermain dengan ikan, memberi makan ikan, dan melihat perkembangan budidaya ikan, dari anak ikan hingga dewasa. Ini memang kolam eksplorasi, boleh berinteraksi dengan ikan, seperti kolam ikan koi di berbagai tempat wisata atau restoran apung yang sering kita temui.  

Dipilih ikan yang bertelur dengan mudah dan dapat dikonsumsi, terutama ikan nila merah. Ikan nila merah bentuknya menarik. Kelebihannya, ia mudah berbiak di kolam, dan menyimpan anakan bayi dalam mulut. Jadi tak perlu melalukan pemijahan terpisah seperti pada ikan mas dan ikan lele. 

ikan nila merah  dewasa yang telah siap menjadi indukan 

Di samping itu, ikan nila termasuk ikan alam yang tahan berada di air dengan kadar oksigen yang terbatas.  Indukan nila ini dibeli dari kedai ikan potong segar, sekilonya sekitar Rp. 30.000 - Rp 35.000, berisikan 4-5 ekor ikan perkg. Ada yang dibeli di Parung-Bogor, dan ada yang dari toko ikan segar dekat sekolah. 

Ada juga ikan pemakan lumut dan hijauan, seperti gurami dan ikan sepat. Selebihnya ikan hias yang tak sengaja terkoleksi, namun dibawa oleh siswa saat berkunjung bersama guru. 

Bentuk desainnya begitu rupa agar anak dapat menyentuh air dan menyentuh ikan. Dengan ketinggian sekira sedengkul anak, maka anak mudah memegang ikan saat ikan mendekat ke tangan. Memberi makan melalui tangan, atau handsfeed, adalah rencana utama dari kolam ikan ini.  

Diameternya 3 meter, kedalaman air sekitar 40 cm, dengan tiga ruang atau bilik penyaringan. Ada tiga bilik penyaringan air. 

Bilik pertama berisikan spon dan biocool yang terapung. Di bilik pertama diletakkan biocool yaitu bola plastik penyaring bakteri yang terapung, supaya endapan tertangkap bola, dan terbentuk koloni lumut yang tidak berbau. Biocool ini secara berkala dibersihkan. 

Bilik terakhir diberi  pompa untuk menyemprotkan air keluar seperti air mancur guna memasukkan oksigen ke air. 

Kotoran kasar akan tertahan di bilik pertama. Selanjutnya air masuk ke bilik kedua, melalui celah bagian bawah bawah. Bilik kedua berisikan spon dengan pori-pori halus. Gunanya menyaring seluruh endapan atau kotoran dalam air. Bilik kedua ini rupanya cepat sekali terselimuti lumut dan kotoran. Secara teratur kedua bilik ini dibersihkan agar aliran air tidak mampat. 

Daya sedot pompa dipilih yang cukup kuat. Sehingga mampu menarik air dari dasar kolam ke bilik pertama, kedua, hingga bilik ketiga. Sambil tersedot itu, di bilik terakhir air akan menjadi bersih. 

Dari bilik terakhir ini, air disemprotkan keluar melalui pipa pralon di tengah kolam. Seperti air mancur di  tengah kolam. Suara gemericiknya mengundang burung-burung di kandang suka bernyanyi.

Awal mula, kolam berjalan baik. Air terisi penuh hingga batasnya, ikan ramai hilir mudik di permukaan. Jumlahnya banyak. Anak-anak suka datang memberi makan, melemparkan pelet butiran. Ikan-ikan mas komet yang kecil-kecil mendekat berebutan, dan mau menyentuh tangan. Begitu pun, kala air ditepuk-tepuk, ikan nila yang besar-besar muncul ke permukaan seolah mengerti  dipanggil makan. 

Akan tetapi, lama kelamaan timbul berbagai masalah. Lokasinya yang dekat dengan pohon rambutan, mau tak mau menampung kotoran daun, ranting, rontokan bunga rambutan yang tinggi.  Beberapa ranting dahan rambutan sebelumnya telah dipotong, tapi  tetap saja masih banyak daun kering yang diterbangkan masuk. 

Jumlah endapan kotoran yang ada di dasar kolam jadi menumpuk begitu banyak --sampah dedaunan, kotoran ikan sendiri, dan sisa pakan. Sampah yang melarut menjadi butiran lumut kecil-kecil, membuat air keruh. Sebagian tertarik masuk ke kolam penyaringan dan menempel di pori-pori spon dan ruang penyaringan. 

Akibatnya, jumlah air bersih masuk makin sedikit, dan pompa sering menggerung kekurangan air. Kinerja pompa menurun, air yang dipompa makin sedikit keluar.  Kesalahan terjadi, saat terjadi pembersihan, malahan air kotor tersedot dan masuk ke bagian sirip pompa. Pompa pun makin lama makin susah bekerja, megap-megap, dan akhirnya mati. Hadeeuuuhhh...

KEGAGALAN DESAIN PROSES PENYARINGAN 

Inginnya memiliki kolam yang selalu jernih seperti kolam ikan koi. 

Jujur, saya merasa gagal dalam membuat kolam yang menarik bagi anak. 

Semula, kolam ini dimaksudkan untuk mengembangkan ikan-ikan yang yang mudah jinak, seperti ikan koi, serta ikan-ikan konsumsi yang tidak galak atau carnivor, seperti ikan mas, ikan mujair, nila, nila merah, sepat. 

Dalam perjalanannya, ada tertambahkan ikan jenis lain, seperti ikan mas kecil-kecil yang biasa sebagai pakan arwana, dan ikan patin yang cenderung carnivor. 

Awalnya, beberapa kali terjadi perbiakan ikan nila. Namun, ribuan anak ikan nila tersebut itu dalam semalam habis dimakan ikan-ikan yang lain. Begitu berulang.  

Kegagalan berikutnya, selalu tidak berhasil menciptakan air yang bersih, karena kotoran pup ikan nila cukup banyak sehingga air mudah keruh. 

Hal yang lain, kolam sering kemasukan guguran daun kering dan guguran bunga rambutan, sehingga dasar kolam selalu banyak tumpukan sampah. 

Puncaknya, terjadi  kerusakan mesin pompa, karena sirip bolang balingnya nyangkut dan bengkok karena terjepit sisa-sisa sampah daun. Mesin pompa diganti, dan terjadi hal yang sama. 

Saat pompa mati selama hampir 2 hari, terjadi kematian massal dari indukan ikan nila dan beberapa koi. Mereka mati dan tenggelam di dasar kolam. "Kok ikannya sedikit? Gak tahunya setelah diserok, banyak ikan-ikan nila dan koi remaja yang mati di dasar.  Sedih.... 

Peristiwa kematian terjadi lagi saat pengeringan dan pembersihan kolam. Sejumlah ikan nila yang cukup besar, mati di kolam boks plastik penampungan sementara, karena kekurangan oksigen. Walaahh...

Walhasil, saat ini pompa air dimatikan, dan air tanpa sirkulasi, sambil memikirkan cara untuk menghidupkan semburan air seperti dahulu... 

BEBERAPA KESALAHAN DALAM PEMBUATAN DAN PENGELOLAA KOLAM IKAN DI MINI ZOO SEMUT  

1. Desain bilik penyaringan harus dapat menciptakan keluaran air bersih yang dalam jumlah debit air yang konstan. Tiga bilik yang dibuat ternyata tidak sanggup menahan volume sampah dan lumut.  Jika dua billik ini terselimuti lumut sampah, maka air bersih yang tersedot pompa ke bilik terakhir menjadi sedikit. 
2. Lantai kemiringan dasar kolam kurang tajam, sehingga lumpur tidak mudah tertumpuk di satu pojok dan pengambilan sampah tidak efektif. Seharusnya ada pipa keluaran untuk buangan khusus sampah lumpur di bagian dasar kolam. 
3. Pengendapan sampah lumpur makin tinggi. Rupanya pembersihan dasar kolam tidak dilakukan setiap hari, mungkin karena repot. Sebaiknya dilakukan setiap hari agar tidak terjadi endapan sampah dan lumpur sisa pakan. 
4. Sampah dedaunan segera diangkat, karena jika terendam beberapa hari maka akan mengakibatkan air berubah warna menjadi menghitam karena cairan tanin daun yang membusuk terurai. Apa mungkin meletakkan jaring sebagai atap kolam? Wah rasanya kolam tidak menjadi alami. 
5. Sinar matahari menumbuhkan dengan cepat mengubah lumpur menjadi lumut. Pertanyaannya, bagaimana agar air tidak menjadi keruh kehijauan sehingga mengurangi kejelasan pandang
6. Ternayata ada ikan predator seperti komet, dan patin, yang tak sengaja dititipkan di sini, sehingga mengancam keselamatan anakan ikan nila. 
7. Anak ikan yang baru menetas, seharusnya dipisahkan ke kolam yang lain, agar tidak termakan oleh ikan predator. 

Disain kolam rupanya sangat menentukan efektifitas kolam. Kemalasan membersihkan berbuntut kematian ikan. Ternyata tidak mudah menciptakan habitat atau ekosistem akuatik berupa kolam ikan yang sehat dan indah. 

Ayo belajar lagi ...  (IM)

Post a Comment

0 Comments