MEMBUAT KOMPOS YANG EFEKTIF DAN HEMAT RUANG

belajar membuat kompos.
Tong komposter aerob dilubangi dengan bor listrik.
Dibagian bawahnya berpintu untuk memanen tumpukan kompos matang.  

Bagaimana agar membuat kompos itu tidak repot dan hemat ruang? 

Masalah sampah daun yang sekitar 2-5 karung sampah (trash bag plastik hitam) setiap hari di sekolah, merupakan masalah yang serius. 

Sebagai sekolah, tentu sebaiknya dilakukan proses pengomposan sampah sebagai pembelajaran lingkungan. (Pembuatan kompos di Sekolah Semut-Semut The Natural School pada dua tahun lalu pernah dilakukan secara anerob menggunakan drum plastik bertutup, dengan dekomposer  mikroba PROMI (produk dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, di Bogor), tapi kami kurang berhasil, dan menyita tempat dengan banyak drum-drum biru penampungan serta dengan jaring kawat berpenutup. Mungkin karena pengelolaan kami yang kurang tepat. Kami berencana mencoba lagi. Promi cocok untuk bahan sampah yang tinggi serat seperti daun kering.)  

Sekelumit tentang Promi


Aktivator PROMI
Promi singkatan dari Promoting Microbes. Diberi nama ini karena Promiberbahan aktif mikroba yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Mikroba bahan aktif Promi terdiri dari 3 macam mikroba, yaitu Aspergillus sp, Trichoderma harzianum DT 38, Trichoderma harzianum DT 39, dan mikroba pelapuk. Aspergillus sp memiliki kamampuan untuk melarutkan fosfat dari sumber-sumber yang sukar larut. Trichoderma harzianum DT 38 memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Trichoderma harzianum DT 39 berperan sebagai agensia hayati penyakti tular tanah, khususnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Dan mikroba pelapuk, seperti namanya berperan untuk melapukkan bahan-bahan organik mentah.
Promi dapat digunakan untuk mendekomposisi/mengkomposkan bahan organik padat dan memperkaya kompos hasil dekomposisi tersebut dengan mikroba-mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Kompos hasil dekomposisi dengan Promi disebut juga dengan kompos bioaktif, karena mengandung mikroba aktif yang bermafaat bagi tanaman.
Promi juga dapat digunakan untuk memperkaya kompos atau pupuk organik lain dengan mikroba-mikroba aktif. Kompos yang diperkaya biasanya dalam bentuk curah, sedangkan pupuk organik bisa dalam bentuk granular. Promidisalutkan/dilapiskan di permukaan pupuk organik granul tersebut.

Proses pengolahan sampah sebanyak itu, jika tidak memiliki program yang jelas, akan menimbulkan tumpukan sampah sisa daun yang menggunung. Kecepatan pengomposan sekitar 30 - 40 hari sekali jalan, tentu kalah cepat dengan produksi guguran daun dari pepohonan di kebun. Andai selama 30 hari kerja akan diproduksi sekitar 100-150 kantong trashbag sampah daun. Mau ditaruh di mana sejumlah kantung sampah yang banyak itu, sembari proses pengomposan berjalan, agar tidak menimbulkan bau dan kesempitan tempat yang mengganggu?  

Pengolahan efektif di sini, artinya prosesnya mudah sehingga tidak menambah beban kerja bagi tim kebersihan sekolah. Artinya, tidak perlu operator khusus sampah, siapa saja dapat melakukan dengan mudah. 

Juga waktu pengomposan berlangsung dengan cepat, serta tak berbau dan mengundang lalat dan akhirnya belatung (larva lalat belatung, atau larva lalat hitam). Sehingga perputaran sampah-kompos menjadi sesuai daya dukung lingkungan sekolah. 

Hemat ruang, artinya tidak memerlukan ruang kerja yang tertentu, seperti membangun rumah kompos atau gudang kompos, serta tidak terjadi tempat pengomposan yang kumuh atau terlihat jorok. 

SOLUSI MENGATASI SAMPAH SECARA EFEKTIF DAN HEMAT RUANG. 

1. Menjadikan ruang-ruang kotoran kandang sebagai area pengomposan. 

Caranya, dengan memadukan ruang bawah kandang sebagai tempat pengomposan. Prosesnya kompos aerob, yang membutuhkan oksigen. Kesulitannya, bisa menimbulkan bau dan belatung. Perlu mikroba pengurai, menggunakan EM4. 

2. Drum Kompos Aerob. 

Membuat drum pengomposan dengan dinding berlubang dan dasar diberi pintu untuk mengambil kompos yang terbentuk. Jadi drum tidak perlu dibongkar untuk mengambil kompos yang telah siap. (Beberapa contoh telah dilakukan oleh pak Solihin di Bandung, dan pak .......... di Jawa Timur.)

Sampah dimasukkan bertahap, tiap tahap disirami dengan cairan pengomposan. Dibiarkan beberapa waktu, dan dibalik-balik menggunakan garu kecil. 

Nah, kita coba mulai dengan model pertama ya. 
Berikut gambar dengan model pertama, memanfaatkan ruang bawah kandang sebagai area penampung kotoran hewan sekaligus tempat pengomposan. 

a. Cairan pengompos. 

Gambar terkait
EM4 mengandung mikroba
pengurai  yang dapat
mengurai kompos
secara aerobik
atau di ruang terbuka 
Sekitar 25 cc cairan EM4 dimasukkan ke dalam drum kecil yang sudah berisi cairan urine kelinci. Tujuannya untuk menumbuhkan mikroba pengurai menjadi berlipat ganda. 

Cairan urine kelinci ini memang sengaja ditampung, biasanya dipakai untuk menyiram tanaman. Uriene ini kaya akan protein karbohidrat dan gula, sebagai makanan mikroba.   






drum biru berisikan urine  dan sisa air cuci
kandang  kelinci..Ember kecil  berisikan
carian  yang  diambil  dari drum, untuk disiramkan
ke  sampah daun 
Aduk-aduk isi drum itu, agar cairan EM4 ini merata. Diamkan beberapa hari. Jika ada urine baru, masukkan, dan terus diaduk kembali. Setelah beberapa hari, mikroba EM4 yang didominasi oleh mikroba biang tape, maka diharapkan akan tumbuh dan berlipat ganda.  Cairan siap digunakan. 

Diharapkan, selain mempercepat penguraian, kandungan urine pada cairan ini juga dapat memperkaya kandungan nitrogen pada pupuk kompos. 







b. Tempat pengomposan. 

bawah kandang iguana j
adi tempat pengomposan 
Tempat pengomposan adalah wadah bak penampung kotoran iguana, berdinding beton berukuran 1 m x 1m dengan tinggi 30 cm.  

Lantai dasarnya paving block -- ( sebaiknya dahulu dibuat langsung lantai tanah ya ... ). Saat ini, bak kotoran iguana ini sangat memudahkan, jadi tidak perlu mencuci kandang setiap hari. Kotoran iguana itu banyak berupa kencing dan cairan. Sementara kotoran padatnya sedikit. Saat ini kandang model seperti ini cukup efektif dan tidak membuat bau. Kandang selalu bersih dan kering, dan setiap kotoran dan sisa pakan yang jatuh langsung masuk ke bak sebagai bahan kompos. 

c. Cara membuat kompos. 
Bak pengomposan diisi dengan tanah pada bagian bawah, dengan sedikit kompos sebagai pembiak mikroba. Isikan sampah hasil penyapuan halaman, biasanya dedaunan hijau dan coklat (kering) serta ranting-ranting kecil ke dalam bak.


materi daun basah dan daun kering hasil pengumpulan setiap pagi.
Kebanyakan daun dan ranting rambutan, serta kulit buah
dan biji rambutan buangan sisa  yang dimakan kampret /tupai .
Dimasukkan ke dalam bak, lalu diaduk agar merata.
Daun yang besar digunting lebih kecil. Ranting kecil dipatahkan 
Sebaiknya daun hijau dan daun kering/coklat jum-lahnya berimbang. Daun hijau memberi makan mikroba pengurai, dan meng-hasilkan kompos de-ngan kadar Nitrogen yang baik. Daun kering cuma berisi serat selusosa yang susah atau keras bagi mikroba untuk memakannya. Jadi perlu ada pencampuran yang seimbang agar mudah terurai. 

Pilih dan keluarkan potongan plastik permen, tali, atau lainnya, yang tidak bisa terkomposkan. Untuk ranting yang panjang, patahkan agar berukuran kecil dan mudah terurai. 

Boleh ditambahkan kotoran ternak lain, seperti tahi dari kandang merpati, sersah padi alas kandang kalkun, tahi kalkun, dan sisa pakan lainnya. 


proses kompos aerob
menyiram sersah daun dengan
cairan pengompos
Setelah semua oke rapih dengan ukuran sersah daun yang seragam, kini saatnya menyiramkan cairan pengompos secara merata. Saya menggunakan 2 ember cairan pengompos, agar sersah daun cukup lembab bagi perkembangan mikroba. Aduk secara merata, agar semua bagian terbasahi. 

Ini yang baru dicobakan. Kita lihat perkembangannya. 
  
Nah, untuk cara yang ke-2, dengan drum berlubang, akan dilaporkan berikutnya ya... (IM) 



Post a Comment

0 Comments