CARA MENGAJAK ANAK MEMAHAMI PROSES PENETASAN IGUANA

Memperhatikan proses penetasan telur iguana, menjadikan pembelajaran sains secara langsung/realistik.

mini zoo semut
proses penetasan telur iguana. Ada telur yang sudah mengeluarkan kepala anak iguana. Mengundang rasa ingin tahu dan tanda tanya yang besar. 



mini zoo semut
anakan iguana yang sudah menetas, dipindahkan ke kotak penampungan yang lebih besar agar tidak berhimpitan. Belum mau makan, karena masih ada lembaga telur sumber makanannya selama 2 hari ke depan. 

mencermati anak iguana
yang baru saja lahir 

anak iguana yang baru lahir , keluar dai cangkangnya.
Eh ternyata sudah  cepat larinya 














Akhirnya, penantian panjang berujung kebahagiaan. 

Setelah inkubasi di kotak pengeraman selama 100 hari, dari tanggal 19 Desember 2018 hingga 30 Maret 2019, telur iguana pun menetas. Jadi, masih dalam rentang normal,  antara 10 minggu s/d 15 minggu masa pengeraman.

Kehebohan siswa pun menyeruak ketika melihat kotak telur iguana yang belum menetas, serta bayi iguana yang baru saja lahir. Mereka berkerumun. Colak colek telur, dan ingin memegang sang baby iguana...  

Pagi itu memang sengaja semua kotak pengeraman dan box anakan iguana dibawa ke sekolah. Memang masih ada 10-an butir telur iguana yang belum sempurna menetas, baru kepalanya saja yang nongol. 

Hal ini dimaksudkan sebagai cara untuk mengajak anak memahami proses penetasan iguana, hal yang jarang mereka saksikan sebelumnya. Berawal dari telur yang dirobek dan menjadi kempes. Lalu tak lama kepala anak iguana keluar dan merobek kulit lebih lebar. Keluarlah kaki depan, dan disusul kaki belakang. Terus dia lompat..... dan tralalala.. jadilah anak iguana yang sehat... . Ini suatu pembelajaran sains yang sangat realistik. Siswa langsung bisa mengetahui prosesnya secara mata langsung (visual). 

Siswa tampak keheranan melihat anak iguana umur sehari ini.  Memang lucu dan menggemaskan. Serta lincah. Setiap anak ingin mencoba membelainya. Ada yang ingin menunjukkan bahwa dia memang akrab dengan satwa, seolah kalau dipegang anak iguana gak akan lari. 
Seekor anak iguana lepas dan lari memanjat semak belukar. Waduh... susah mencarinya, akhirnya ketemu karena dia masuk ke ruangan. 

Begini keriuhan mereka : .... 

"Emang sudah menetas pak?" 
"Waaa... selamat ya pak... kita berhasil... telur sudah menetas.."  (sambil memeluk saya, dan salam tos...)
"Boleh dipegang gak, pak?" 
"Mirip kadal ya pak?" 
Seperti cicak ya. Oh mirip dengan bunglon saya, ..." 
"Kok warnanyanya hijau semua?"
"Jadi menetasnya setelah berapa hari" 
"Ini ada apa pak, kok rame banget di sini?"
"Ibu bapak iguananya mana ya? 
"Pak, nanti ini mau dijual?" 
"Apa nanti ditaruh di kandang pak? Kalau disatukan dengan induknya bagaimana nanti?" 
"Pak, ayo dibawa ke kandangnya, kasih lihat ke ibunya, biar ibunya tahu anaknya..."
"
Semua kalimat nya bernada kata tanya. Ya, kehadiran anak iguana ini memang memicu keingintahuan anak. Dan terjadilah proses tanya jawab dan berbagai kemungkinan terbuka. 

Siswa diperbolehkan menyentuh kulit telur, asalkan perlahan dan tidak mengejutkan bayi iguana. Siswa yang berani, boleh mengelus punggung anak iguana. Ada juga yang ingin memegang keseluruhan bayi iguana di punggung tangan. 

Proses pembelajaran realistik sedang terjadi. Ini sebuah proses berfikir bebas dan berfikir kritis, karena akan melontarkan berbagai pertanyaan terbuka yang tidak terduga .... 

Alhamdulillah, proses menetasnya telur iguana memakan waktu antara 4 jam sampai seharian, sejak kepala muncul badan seluruhnya keluar dari cangkang telurnya. 
Terdata ada 41 anak iguana yang menetas, dari 43 yang ditetaskan, atau dari 56 telur iguana awal. 

Berdasarkan pengalaman menetaskan telur iguana untuk pertama kali ini, dapat disampaikan TIP PLUS-MINUS MENETASKAN TELUR IGUNA SECARA ALAMI DENGAN MEDIA COCOPEAT : 

1. Secara alami, bukan dengan mesin penetas dengan kontrol suhu dan kelembaban. Di sini  hanya menggunakan kotak kue kedap udara, tanpa termostat pemanas atau tanpa lampu. Tidak repot penanganannya. Hanya perlu seminggu sekali tutup dibuka untuk ganti udara. 
2. Usia pengeraman sekitar 100 hari (atau 14 minggu, atau 3 bulan lebih 10 hari). Variasi lama menetas bukan karena faktor temperatur, tapi mungkin faktor varietas/jenis  iguananya. Ada yang cepat telurnya menetas (85-90 hari) ada pula yang agak lambat (90 -128 hari)
2.  Ada beberapa telur yang berjamur. Hindari cocopeat yang terlalu basah,  kandungan air terlalu banyak.   
3.  Prosentase telur menetas cukup tinggi. Mungkin karena indukan cukup happy dan mendapat makanan yang cukup. 
4. Tidak repot perawatan mudah. Tanpa pemanas, tanpa termometer. 
5.  Pada media cocopeat yang lebih basah/lembab ternyata telurnya lebih besar-besar dibanding media yang agak kering. Mungkin karena air/uap air sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi. 
6. Tertutup rapat lebih baik. Kelembaban dengan cocopeat tetap terjaga. Terjadi uap pengembunan, dan menetes lagi ke media. Saat pengembunan itu, suhu panas turun menjadi stabil. 
7.  Tinggi volume cocopeat dalam box tetas,  sebaiknya agak tinggi supaya kapasitas serapan air banyak tapi airnya tidak menggenangi telur atau tidak menyebabkan telur terlalu basah 
8.  Sebaiknya tidak membalik telur saat memindahkan ke media penetasan, kuatir posisi embrio berubah. Kalo sungsang repot ... hehehe..
9.  Tidak masalah memindahkan atau membawa pulang pergi kotak penetasan. Bergetar atau bergoyang sedikit ternyata tidak berpengaruh terhadap daya tetas.  

Kehadiran 41 anak iguana di kandang Mini Zoo Semut, tentu saja bikin heboh .... 



(IM) 

Post a Comment

2 Comments

  1. Hey ini di sekolah semut" natural school ya? Terlihat familiar sekolahnya

    ReplyDelete
  2. ya, ini di SD Semut-Semut the Natural School, Depok

    ReplyDelete