INI 9 CARA BERGAUL DENGAN SATWA DI MINI ZOO SEKOLAH YANG TURUT MEMBANTU MEMBENTUK KARAKTER ANAK
Tim penilai Budaya Mutu Sekolah, Dinas Pendidikan Kota Depok
melakukan kunjungan penilaian ke Sekolah Semut-Semut |
Sekolah Semut-Semut the Natural School menjadi satu dari 22 sekolah dasar (11 SD swasta dana 11 SD negeri) di kota Depok yang terseleksi dalam Lomba Budaya Mutu Sekolah tingkat kota Depok. Semut-Semut mewakili sekolah swasta di Kecamatan Cimaggis.
Kedatangan disambut dengan tampilan tari, musik, dan berbagai ekskul |
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
Di jenjang pendidikan sekolah dasar, porsi pendidikan karakter 70 persen, sisanya 30 persen pendidikan pengetahuan. Di SMP, 60 persen. “Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai fondasi dan ruh utama pendidikan,” pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
Kini, pengembangan karakter anak menjadi tujuan utama pendidikan nasional
Olah pikir (literasi), mesti diperkuat dengan olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), juga olah raga (kinestetik). Keempat dimensi pendidikan ini menyatu dalam keseharian dalam proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Terdapat lima nilai karakter utama pribadi yang diharapkan tumbuh berkembang pada anak: religius, nasionalis, integritas, kemandirian, dan kegotongroyongan.
Di SD Semut-Semut The Natural School, pengembangan pribadi anak memang telah menjadi tujuan utama proses pendidikannya.
Ada school belief dengan nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai Kemanusiaan yang terus menerus dilatihkan untuk dihayati anak. Tentu di sana-sini masih banyak kekurangan, tetapi dengan niat yang kuat sekolah ingin memberi layanan yang terbaik bagi siswa.
Ada school belief dengan nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai Kemanusiaan yang terus menerus dilatihkan untuk dihayati anak. Tentu di sana-sini masih banyak kekurangan, tetapi dengan niat yang kuat sekolah ingin memberi layanan yang terbaik bagi siswa.
PENDIDIKAN NATURAL
Sejak awal berdiri 1999, Semut-Semut menyelenggarakan pendidikan dengan paham/metode Pendidikan Natural.
Yaitu, mendidik secara natural yang artinya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan tumbuh- kembang anak, dalam suasana belajar yang menyenangkan, di lingkungan sekolah yang alami, dengan semangat kecintaan pada budaya bangsa, menghargai kearifan lokal, serta religius Islam yang rahmatan lil alamin menghargai keberagaman.
Lingkungan belajar yang alami dan alamiah, dengan tetumbuhan dan satwa, sebagai miniatur alam Indonesia di khatulistiwa, dengan dua musim ini, menjadi keseharian siswa. Alam akan mengajarkan dan membentuk kita menjadi warga bangsa yang peduli lingkungan.
Keberadaaan Mini Zoo Semut, yang didirikan pada semester lalu, kini menjadi warna yang kuat bagi sekolah. Melalui puspa dan satwa, siswa dapat mengenal dan berinteraksi dalam realitas kehidupan.
Dengan adanya fasilitas pendukung belajar seperti mini zoo sekolah ini --meski sangat sederhana-- diharapkan menjadi sumber belajar bagi siswa dalam pengembangan karakternya.
Membandingkan dengan proses pembelajaran di sekolah pada umumnya, selama ini penerapan kurikulum nasional dalam pembelajaran di sekolah, terlalu dominan dalam pembelajaran di kelas, dan terpaku dengan bahan ajar buku sumber.
Termasuk dalam model kurikulum K-13, yang meskipun dirancang berorientasikan pada keterpaduan antara bidang ilmu dan contoh yang dekat dengan keseharian siswa, dalam hal penerapannya masih banyak yang berujung pada tujuan melatihkan hafalan fakta/informasi.
Begitulah, sekolah mengajarkan berbagai fakta pengetahuan, dan siswa menghafalkan dan mempelajarinya untuk kepentingan pengambilan nilai ... (menyedihkan ya..)
Siswa menjadi minim kegiatan di luar ruang, dan berakibat kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan rendah. Akibatnya, sikap/karakter sosial siswa kurang dibangkitkan.
BERBAGAI KARAKTER YANG INGIN DIBENTUK PADA SISWA:
Nilai-nilai baik dalam kehidupan (living values - lihat: Living Values Indonesia) memang tidak bisa diajarkan sebagai mata pelajaran, tapi harus dibiasakan dan dicontohkan oleh para guru/pamong.
Menurut Living Values Indonesia, sebagian nilai-nilai kepribadian atau karakter yang baik itu antara lain: religius, semangat cinta damai, menghargai, kasih sayang, kerjasama, kerendahan hati, kebahagiaan, kejujuran, tanggungjawab, toleransi, kebebasan, dan persatuan.
Sekolah Semut-Semut the Natural School sendiri, dalam pembelajaran di keseharian, selalu menerapkan sikap-sikap baik pada siswa, sebagaimana menjadi school belief sekolah. Sikap dalam dimensi KeTuhanan, dan Sikap dalam dimensi Kemanusiaan.
Sikap KeTuhanan adalah : IMAN, ISLAM, IHSAN, TAQWA, TAWAKAL, SABAR, SYUKUR
Sikap Kemanusiaan adalah : SILATURAHIM, UKHUWAH, PERSAMAAN, ADIL, HUSNULDZON, TAWADHU, TEPAT JANJI, LAPANG DADA, AMANAH, PERWIRA, HEMAT, dan DERMAWAN.
Berbagai sikap itu disusupkan/diterapkan dalam berbagai perilaku di keseharian sekolah, ketika mulai masuk pagar sekolah, saat interaksi antara guru-siswa, saat belajar dalam kelas, saat bermain (free play), saat beribadah, dan saat kepulangan dari sekolah. Ini yang disebut sebagai nilai-nilai atau kultur sekolah, sebagai suatu kurikulum kehidupan yang dicontohkan, sebagai suatu hidden curriculum.
Nilai-nilai ini yang membentuk rasa atau citra sebuah sekolah, bukan kemegahan bangunan infrastruktur ataupun kemewahan fasilitas belajar.
Di Sekolah Semut-Semut, berbagai strategi pembelajaran coba diterapkan. Dengan metoda pendidikan natural, pembelajaran aktif, serta melatihkan pola berfikir kritis, dengan desain kelas yang dinamis, dan beragam model dan sumber belajar, siswa setiap saat terpapar dengan kreatifitas dan kerjasama.
Beragam program talent dalam Talents Day tiap hari Jumat, atau pengembangan bakat minat siswa lainnya, juga sangat membantu bagi siswa untuk membangun potensi dan kompetensinya. Serta mengangkat siswa menumbuhkan rasa percaya diri, pemenuhan ego, sikap mandiri dan bertanggungjawab.
Dan yang palinng penting, rasa bahagia saat bersekolah, bahwa sekolah itu sesuatu yang menyenangkan.
9 CARA BERGAUL DENGAN SATWA YANG MEMBENTUK KARAKTER ANAK
Berinteraksi dengan tanaman (puspa) dan hewan (satwa) memberikan pengalaman batin yang berharga. Ini memenuhi pembelajaran di otak kanan siswa, menyeimbangkan dengan pengetahuan formal di otak kiri nya.
1. Memberi makan hewan bersama teman, menyenang-kan. Ini melatih rasa kasih sayang dan peduli. Serta menggugah rasa ingin tahu anak. Siswa jadi tahu apa yang makanan yang disukai burung merpati atau love bird.
Merpati suka makan dari tangan (hands feed).
Sebagian siswa merasakan sensasi saat tangannya dipatuk burung merpati. Atau saat merpati mau hinggap di tangan, atau memegangnya dengan kedua tangan. Perasaan kebersamaan dengan satwa, mendekatkan anak pada lingkungan.
Melatihkan sikap peduli, penyayang, berbagai, dermawan, melayani, welas asih, silaturahmi.
2. Memberi makan ikan atau kura-kura. Menjadi tahu akan kehidupan hewan akuatik. Siswa diperbolehkan menangkap ikan dengan jaring ikan, dapat menyentuh ikan atau punggung kura-kura, lalu dilepaskan kembali.
Siswa diperbolehkan menitipkan atau menambahkan ikan/kura-kura ke dalam kolam. Juga hewan peliharaannya dapat disumbangkan ke mini zoo sekolah.
Melatihkan sikap penyayang, peduli, menumbuhkan perasaaan memiliki dan bertanggungjawab akan kehidupan. .
3. Mengelus dan bermain dengan anak iguana menjadi sebuah pengalaman fisik yang akan diingat, terutama bagi siswa yang jarang ber-sentuhan dengan hewan. Meletakkan anak iguana di tangan, atau kepala siswa.
Melatihkan sikap bahwa alam itu bersahabat, bahwa satwa adalah bersahabat, dan dapat menjadi teman. Juga satwa bermanfaat dalam kehidupan kita.
Melatihkan sikap bahwa alam itu bersahabat, bahwa satwa adalah bersahabat, dan dapat menjadi teman. Juga satwa bermanfaat dalam kehidupan kita.
4. Memandikan iguana besar di kolam ikan, atau memandikan landak mini di kolam plastik. Sebelum mandi, merasakan tajamnya duri landak, dan mengetahui perlakuan yang disukai landak mini hingga durinya jadi melunak.
Melihat pola kehidupan hewan yang suka dengan air. Memberi pemahaman akan perlunya kasih sayang pada hewan saat merawatnya. Melatihkan sikap peduli, merawat, menghargai, menyayangi, rasa ingin tahu akan kehidupan yang luas,
5. Mengumpulkan bulu burung, bulu kalkun, bulu ayam mutiara, dsb, menjadikan menarik bagi siswa dapat memiliki miniatur artefak di alam. Dengan menyimpannya, akan memperkuat memori kecintaan pada alam.
Membangkitkan kreatifitas pada siswa untuk memanfaatkan sisa-sisa dari alam (terbuang), tanpa mengusik kehidupan plasma nutfah yang ada. Membuat benda apa saja dari bulu binatang, yang mereka sukai.
6. Main kejar-kejaran dengan kalkun jantan. Siswa suka menggoda kalkun, dan sebaliknya kalkun yang terusik akan mengejar. Suatu interaksi yang menyenangkan. Bahwa manusia dapat berinteraksi dengan hewan, dan bahwa hewan adalah mahluk yang lucu menyenangkan. Mengajarkan sikap peduli, penyayang, dan menghargai. Juga melindungi satwa di alam.
7. Menghilangkan rasa takut (dicakar, dipatuk, digigit) dan geli serta jijik (dengan pup kotoran), dan menemukan bahwa semua itu baik-baik.
Menyadari bahwa saat kita mencintai sesuatu (satwa), kita juga harus mau melakukan upaya pengorbanan untuk merawat membersihkan kandang atau membersihkan dari kotoran hewan yang terkena.
Di sini kita mempelajari tentang makna melayani, memberi, dan berbagi, menghargai, dan menolong, serta melayani. Mencintai mahluk ternyata memerlukan pengorbanan untuk menjaga dan melestarikannya.
Di sini kita mempelajari tentang makna melayani, memberi, dan berbagi, menghargai, dan menolong, serta melayani. Mencintai mahluk ternyata memerlukan pengorbanan untuk menjaga dan melestarikannya.
8. Setiap guru dapat membawa siswa sejenak di mini zoo sekolah sambil menyelesaikan tugas tantangan yang diberikan. Setiap mata pelajaran dapat memanfaatkan minizoo sekolah sebagai sumber belajar secara langsung.
Guru jadi makin kreatif menyusun lesson plan yang mengaitkan pembelajaran indoor - outdoor, serta makin kreatif dalam melatih pembelajara yang berpola pikir kritis (High Order Thinking skill)
Guru jadi makin kreatif menyusun lesson plan yang mengaitkan pembelajaran indoor - outdoor, serta makin kreatif dalam melatih pembelajara yang berpola pikir kritis (High Order Thinking skill)
9. Makna spiritual, bahwa kita sangat bersyukur dengan keberadaan alam jagad kehidupan, bahwa selain manusia, ada banyak sekali tanaman dan satwa yang mempunyai keunikannya sendiri, lengkap dengan kecanggihan rantai makanan dan ekosistem/habitatnya.
Menjelaskan arti kecilnya diri kita, dan patut bersyukur dan dermawan dalam berbagai keadaaan. Menjadi insan yang religius dan mempunyai kesadaran sosial yang tinggi.
Menjelaskan arti kecilnya diri kita, dan patut bersyukur dan dermawan dalam berbagai keadaaan. Menjadi insan yang religius dan mempunyai kesadaran sosial yang tinggi.
Semoga anak Indonesia semuanya menjadi anak yang soleh, terbuka, berintegritas, mandiri, kreatif, suka membantu, suka bergotong royong, dan mampu berinteraksi dalam keberagaman Indonesia maupun pergaulan internasional kelak setelah mereka dewasa. (IM)
Hands feeding, memberi makan burung merpati |
Tulisan terkait :
0 Comments