Ingat cerita burung merpati yang tidur malam di dalam ruang kelas dan pup (membuang kotoran) seenaknya?
Lihat: Ketika Koloni Merpati Diserang Predator
Beberapa kali saya diingatkan dan 'ditegur' oleh manajemen sekolah, karena kotoran burung merpati yang berwarna putih mengeras berserakan di teras kelas, juga bulu-bulu yang menempel lengket di meja belajar dan bertebaran di lantai dalam kelas. Hiiihhh....
Penyebabnya, banyak merpati tidur di lubang-lubang angin kelas dan di antara sela boks lampu. Mereka tak lagi mau tinggal di kandang pegupon yang disediakan, kuatir serangan predator musang.
"Dijual aja ya pak burungnya kalau tidak bisa diatur," begitu permintaan manejemen sekolah. "Mereka kan jinak pada bapak, mau makan di tangan kalau diberi makan. Tangkap semua ya pak,"...
Waduh .... Saya pun terdiam sedih. Galau, jelas. Mengurung burung merpati dalam kandang, meski pun besar ukurannya, bukanlah pilihan yang disukai merpati. Mereka terbiasa lepas bebas, sebagai burung jinak yang pulang kandang.
burung merpati berkeliaran bebas membuat indah suasana menara Eiffel di Perancis |
Ini tanda kebebasan hati, kedamaian, harmoni alam, dan kebahagiaan. Setidaknya, rencananya, di Mini Zoo Semut setidaknya perlu sekitar 30 ekor untuk memberi sensasi serunya memberi makan merpati sambil tangan dipatuk-patuk ketika mereka ingin mengambil biji jagung atau kacang tanah dari tangan.
Oke, kepentingan sekolah memang perlu didahulukan, tetap nomer satu. Tujuan mendirikan minizoo sekolah adalah untuk membantu proses pembelajaran bermakna.
Bukan menjadi kolektor satwa, budidaya, atau konservasi. Jangan sampai kegiatan pembelajaran atau bahkan kesehatan siswa jadi terganggu.
Sebagai pengelola mini zoo sekolah, kita meski menyadari hal ini, demi keberlangsungan sekolah di jangka panjang.
JUGA MESTI PEDULI KESEJAHTERAAN SATWA
Kritik di atas, menunjukkan warga sekolah memang lebih responsif jika satwa di sekolah menimbulkan gangguan atau situasi yang tidak enak. Semisal kotoran merpati tadi.
Tapi kita tidak tersentuh atau kurang sensitif terhadap satwa itu sendiri. Semisal kotoran hewan yang menumpuk, unggas yang kurus dengan warna bulu yang kusam, kandang bocor sehingga satwa kurang terurus dengan baik, atau kandang kemasukan sampah daun kering yang jatuh dari atas pepohonan.
Kadang juga telat atau lambat respon sehingga membiarkan saja telur kura-kura tercecer di kolam pasir sehingga hancur terinjak sebelum diamankan. Juga telur ayam mutiara yang lama tergoler begitu saja hingga akhirnya pecah dipatoknya sendiri lalu dimakan kembali.
Begitulah, mungkin keadaaan-keadaan ini terjadi di berbagai mini zoo sekolah, karena faktor slow respon terhadap kondisi satwa. Kondisi yang kurang baik itu, seperti tidak masalah saja, asalkan tidak mencolok mata atau mengganggu bagi kepentingan siswa. Sekali lagi, perlu petugas mini zoo yang penyayang pada satwa.
Dengan peduli, maka 'konflik' antara kesejahteraan satwa dan kepentingan sekolah tidak akan terjadi. Sebaiknya, sebagai pengelola mini zoo sekolah, kita berada pada kedua sisi kepentingan itu. Keduanya perlu dicermati dan dilakukan tindakan yang perlu.
Singkatnya, dalam pengelolaan mini zoo sekolah perlu memberi perhatian pada 2 hal: Pertama, jika ada hewan yang mengganggu siswa. Kedua, kalau ada hewan yang kurang terurus.
Contoh kejadian hewan yang mengganggu siswa:
- Induk iguana yang semula sengaja dilepas berjemur, eh ternyata lari berjalan ke halaman Playgrup. Teman kecil yang melihatnya jadi ketakutan dan berteriak. Siswa malahan menjadi shock dan mudah-mudahan tidak trauma melihat iguana lain kali.
- Sengaja melepaskan kalkun jantan untuk berjemur di area mini zoo. Kalkun betina tetap di kandang, sehingga sang jantan hanya bergerak seputar kandang. Eh ternyata kalkun betina ikut nyeplos lompat dari pembatas kandang. Mereka kemudian berjalan ke area anak bermain. Resikonya, mereka memakan tanaman hijauan yang ada, sehingga membuat tanaman jadi rusak. Dan - ini yang repot- si jantan mengejar-ngejar ingin mematuk siswa yang mengganggunya... Tanpa ada saya di situ, maka terjadi kehebohan karena tak ada yang berani ataupun enggan menangkapnya untuk mengembalikan-nya ke kandang. "Takut dipatuk, pak," alasannya begitu.
Contoh keadaan satwa dan kandang yang kurang terurus:
- Kawat lantai kandang kelinci tertutupi sisa hijauan dan kemudian di atasnya ada kotoran kelinci. Ini dibiarkan beberapa hari, sehingga berpotensi kaki kelinci kena kudis.
- Lantai bawah penampung kotoran dan pipis kelinci terlambat disiram-cuci, sehingga bau pipis kelinci tercium tajam. Tindakan mencucinya kadang agak kesiangan, yaitu saat siswa sedang berkunjung di jam istirahat.
- Kotoran burung kakaktua melengket di kawat-kawat alas kandang. Kotoran makin tebal karena terikat dengan batang sayuran kangkung yang mengering dan bulu-bulu rontok. Selintas dari jauh tidak mencolok. Tapi jika kita dekati kandang, keadaan lantai yang rada awut-awutan ini mengganggu kenyamanan satwa dan juga pengunjung.
membersihkan lantai kandang kawat dari kotoran burung yang menempel |
- Kotoran burung jalak yang menumpuk tinggi di pojok. Di tempat itu dia biasa bertengger. Sehingga tumpukannya bisa mencapai 10 cm tapi terbiarkan saja.
- Kandang induk iguana yang kelihatan kusam, karena pasir dalam boks bertebaran dicakar-cakar iguana yang iseng berendam pasir. Juga kotoran iguana yang lengket melekat mengering di lantai kandang dan sebagian menggumpal di dalam boks pasir.
- Lantai postal sekam padi di kandang kalkun sudah berantakan dengan sisa bonggol jagung dan ranting kayu yang sengaja dilemparkan teman-temak kecil untuk menggoda kalkun. Seharusnya kotoran sisa makanan dan ranting itu dipungut setiap hari, dan sekam di bolak balik agar kotoran kalkun hancur terkompos dalam sekam.
- Lantai sekam ayam mutiara telah jenuh dengan rontokan bulu dan kotoran. Tapi tidak diganti karena stok sekam sedang habis.
- Plastik lantai kandang burung lovebird sudah gak enak dilihat karena penuh kotoran burung. Juga sisa makanan tongkol jagung yang telah kering masih tersisa di sana. Seharusnya plastik dicuci, sehingga bersih dan kotorannya tidak terbang tertiup angin sehingga mengganggu pernapasan pengunjung.
- Area pasir di kolam kura-kura dijatuhi banyak daun kering dari pohon di atasnya. Juga di bagian kolam airnya banyak sisa makanan dan kelihatannya air sudah butek perlu diganti.
sampah daun yang masuk ke kolam pasir kura-kura mengesankan kolam yang kotor atau semrawut |
Kandang yang sudah dibersihkan, siswa pun merasa senang dan suka bermain menyentuh kura-kura |
- Semprotan air di kolam ikan mengecil. Karena, pompa air (kecil) yang terendam dalam kolam, kisi-kisinya tertutupi lumut-lumut kolam yang tersedot. Ketika sekolah libur, tidak terpantau pompa stop. Akibatnya, di hari Senin banyak ikan yang terapung mati... haduuhh kasihan.
- Wadah makan dan minum kotor dan tidak terurus. Makanan sisa sudah berbau asam atau basah karena kelamaan, lupa dibuang sehingga menebal di dasar kotak. Sedangkan sebagian tercampur dengan kotoran.
Mungkin Anda pun dengan mini zoo sekolah masing-masing menghadapi berbagai kendala perawatan maupun satwa yang menimbulkan gangguan.
Tetaplah bersemangat ingin memberikan pembelajaran terbaik bagi siswa. Kita perlu bekerja lebih untuk mengoptimalkan keberadaan dan kesehatan satwa, serta penampilan mini zoo sekolah yang menarik.
Sebagai bahan refleksi, saya mencoba menemukan jawaban tentang cara mengantisipasi berbagai kendala yang mungkin muncul di mini zoo sekolah.
PERENCANAAN YANG LEBIH BAIK
Berikut TIPS mempersiapkan mini zoo sekolah dengan lebih terencana agar tidak galau kalau ada masalah pengelolaan mini zoo sekolah:
- Rancang bangun kandang yang tepat. Dengan arah masuk matahari pagi untuk mengeringkan kandang yang lembab atau bau. Desain kandang juga mencegah terjadi perubahan-perubahan di tengah jalan yang merepotkan. Misal, dinding kandang yang terlalu rendah sehingga kalkun mudah lompat. Kandang merpati yang terbuka sehingga bisa diserang predator. Kolam ikan dengan sistem pompa yang benar, sehingga air tidak mudah keruh.
- Buat pagar cukup rapat dengan pintu bisa tertutup. Sehingga jika ada hewan yang lepas atau sengaja dilepas, tidak nyelonong bermain di area siswa beraktifitas yang menimbulkan kekagetan dan kehebohan bagi siswa.
- Petugas perawat kebersihan mini zoo dipilih yang penyayang binatang, atau hobi memelihara satwa dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang hewan. Sehingga berani mengatasi satwa, seperti menangkap hewan yang lepas, atau memindahkan ke tempat/kandang lain.
- Ada jadwal tetap pembersihan kandang secara menyeluruh. Entah tiap dua minggu atau sebulan sekali. Tidak cukup hanya dengan memberi makan sahaja, tapi juga senantiasa mengecek kebersihan kandang di setiap pagi.
- Mau dan berani bermain dengan satwa. Misal, berani memengang atau memindahkan burung paruh bengkok (kakaktua, betet) yang suka menggigit, memegang kalkun yang suka mematuk, mengangkat iguana meski suka mencakar, memegang kelinci secara benar agar tidak kena cakarnya, dan bermain dengan musang yang suka gigit dan mencakar.
Jadi, hewan di mini zoo sekolah bukanlah sekedar hewan pajangan. (IM)
Lihat tulisan lain tentang merpati:
0 Comments